Sri Mulyani Tegaskan Pemerintah Tak Ikut Danai Kereta Cepat

Reporter

Selasa, 13 Juni 2017 18:10 WIB

Seorang awak media mengabadikan kereta CRH5H saat diresmikan di Changchun, Jilin, Cina, 11 November 2016. Selain berkecepatan tinggi, kereta ini mampu beroperasi di medan yang ekstrem seperti di ketinggian. chinanews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan skema pembiayaan kereta cepat Jakarta-Bandung tetap private to private (dibiayai swasta). Artinya, tak ada keterlibatan pemerintah sama sekali dari sisi pembiayaan pembangunan proyek.

"Setahu saya untuk kereta cepat, sampai hari ini yang disampaikan Menteri BUMN itu private to private," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Juni 2017.

Simak: Luhut Ungkap Kelemahan Cina dalam Proyek Kereta Cepat

Pernyataan Sri Mulyani terlontar saat ditanyakan peluang pemerintah ikut membiayai proyek kereta cepat, karena dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) belum cair. "Tak ada keterlibatan pemerintah dari segi financing."

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan proyek kereta cepat tetap business to business. Alasannya agar rasio utang kepada produk domestik bruto tetap di bawah 30 persen. "Semua bussines to bussines, kami ingin jaga rasio utang terhadap PDB."

Akhir Mei lalu, Direktur Utama PT Wijaya Karya Bintang Perbowo mengatakan kredit pinjaman dari CDB belum cair. Padahal antara kedua belah pihak sudah ada penandatanganan perjanjian pencairan kredit pinjaman.

Simak: Bekasi Antisipasi Pengadaan Lahan Kereta Cepat

Alasannya pihak CDB masih menunggu kelangkapan dokumen seperti surat dari Kementerian Keuangan. Surat ini tentang penggunaan lahan di wilayah Halim, Jakarta Timur.

Selain itu, di April lalu, konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) sudah menadatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi proyek kereta cepat.

Nantinya di tahap awal pencairan dana yang diperoleh sebesar US$ 1 miliar. Sementara kebutuhan pendanaan kereta cepat Jakarta-Surabaya adalah US$ 6 miliar.


DIKO OKTARA

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

6 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

10 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

13 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

22 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya