Pertukaran Data Pajak, Dirut Mandiri Harap Tak Semua Dibuka

Reporter

Editor

Abdul Malik

Kamis, 13 April 2017 21:30 WIB

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk yang baru, Kartika Wirjoatmodjo memberikan keterangan pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan bersama Budi Gunadi Sadikin dan Sentot A. Sentausa di Plaza Mandiri, Jakarta Selatan, 21 Maret 2016. TEMPO/Angelina Anjar Sawitri

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Kartika Wirjoatmodjo, meminta agar implementasi pertukaran data informasi perpajakan (automatic exchange of information/AEoI) sebaiknya hanya untuk data yang mencurigakan. Dengan begitu tidak semua data bisa dilakukan pertukaran dan dianalisis.

"Harapannya buka data itu ada triggernya, tak semua data disedot," kata Kartika saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Kamis, 13 April 2017.

Kartika menuturkan di Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sudah berjalan sistem anti pencucian uang, di mana ada pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan. Di sistem kerja PPATK, harus ada pemicu kenapa data tersebut dianalisis. "Jadi tak semua data dikirim."

Baca : Ditjen Pajak Kunjungi Otoritas Jepang Bahas Pertukaran Informasi

Menurut Kartika pihaknya sudah menyampaikan hal tersebut ke Kementerian Keuangan, kalau tak ada trigger yang memicu pengambilan data maka penggunaan data tersebut akan menimbulkan keresahan. Jika ada indikasi awal penghindaran pajak, nasabah akan lebih mengerti. "Karena ada penarikan data yang ada kecurigaan."

Kartika mencontohkan trigger bagi PPATK adalah jika ada orang dengan gaji Rp 10 juta, tiba-tiba dapat uang Rp 1 milliar. "Kan ada triggernya, tergantung triggernya pajak, apa yang mau dicek," ucapnya.

Kartika mengungkapkan trigger tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari Direktur Jenderal Pajak, apakah karakternya nanti akan beda atau sama dengan pencucian uang. "Perlu pembahasan soal ada trigger apa."

Mengenai data dari warga negara asing, Kartika menjawab hal tersebut wajib sudah ada pada 2018 mendatang karena sudah disepakati di forum G20. "Kalau WNA ada kewajiban AEoI 2018 dilaporkan, kalau domestik beda, saya belum tahu apakah peraturan pemerintah akan mengatur dua-duanya," tuturnya.

DIKO OKTARA

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

40 menit lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

5 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

7 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

17 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

2 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya