Menteri Keuangan Ungkap Indonesia Makin Fokus ke Sumber Domestik

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 24 Maret 2017 05:22 WIB

Menteri Keuangan yang juga Ketua Pansel OJK Sri Mulyani usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, 13 Maret 2017. Pansel OJK menyerahkan 21 nama calon anggota Dewan Komisioner OJK kepada Presiden untuk selanjutnya diajukan kepada DPR guna menjalani uji kelayakan dan kepatutan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan fokus pada sumber-sumber domestik untuk menggerakkan perekonomian. Kebijakan ini diharapkan efektif untuk mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi global akibat strategi proteksi dagang Amerika Serikat.

Bank Dunia juga mengingatkan proteksi dagang yang ‘mungkin’ dijalankan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump akan membebani neraca perdagangan Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tidak munculnya kesepakatan kuat dan komitmen bersama dari G20 untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi – karena komunikasi kebijakan yang protektif dari Amerika Serikat – merupakan sebuah kemunduran.

“Kebijakan proteksionisme tidak akan membantu mencapai 2 by 5 karena nanti justru makin memperlemah komitmen perbaikan fundamental dan competitiveness,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.

Menurut dia, pencapaian pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota G20 juga masih berada di bawah harapan. Hal ini dikarenakan kebijakan dari sisi fiskal dan moneter kurang diikuti dengan kebijakan yang bersifat struktural-fundamental untuk memperbaiki ekonomi riil.

Dalam pertemuan G20 Leaders akhir 2014 di Brisbane, negara-negara anggota mematok target yang ambisius untuk produk domestik bruto (PDB) kolektif. Dalam komunike yang dihasilkan, setidaknya ada tambahan minimal 2 persen pada 2018.

Pada kenyataannya, menilik data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), laju PDB G20 melambat setelah ada akselerasi tipis pada 2014. Pada 2016, pertumbuhan ekonomi tercatat 3,0 persen, melambat dibandingkan dua tahun sebelumnya 3,4 persen.

Menkeu melanjutkan langkah untuk menghadapi arah kebijakan ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian adalah memperkuat sumber-sumber laju PDB yang berasal dari dalam negeri agar momentum pertumbuhan tetap terjaga.

Hal ini akan dilakukan dengan menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga di atas 5 persen yang salah satunya dengan menjaga tingkat inflasi. Investasi juga diharapkan masih bisa tumbuh sekitar 6 persen. Pada saat yang bersamaan, pemerintah akan perbaikan belanja APBN.

Eric Sugandi, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) berpendapat dalam situasi ini memang semakin memperjelas kunci penjagaan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berasal dari domestik, terutama konsumsi rumah tangga.

Kebijakan proteksi ekonomi dan competitive devaluation, sambungnya, akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan bisa menekan volume perdagangan global. Memang masih ada peluang jika pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Cina membaik.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro berpendapat negara-negara maju yang semakin protektif memang akan menyulitkan penambahan pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat. Jika melihat tren perlambatan negara-negara yang mencakup 85 persen ekonomi dunia tersebut, target tambahan 2 persen dalam lima tahun tidak realistis.

“Sebagian disebabkan perlambatan ekonomi China dan negara maju yang tidak mampu bersaing dagang, dan sekarang diperparah oleh bermacam proteksi baru,” katanya.

Proteksionisme ini pada gilirannya juga menyulut biaya produk yang lebih mahal bagi konsumen dalam negeri mereka. Kondisi ini juga berpotensi melemahkan konsumsi masyarakat secara umum.

Indonesia, lanjutnya, juga tumbuh lebih lambat dari rencana atau target Presiden Joko Widodo. Sisi positifnya, menurut Andry, ekonomi Tanah Air sudah rebound pada tahun lalu dan ada momentum laju yang lebih cepat pada tahun ini.

“Kuncinya mendorong peranan investasi swasta dalam negeri dan luar negeri. Ya , tahun ini proyeksi kami di 5,1 persen dan tahun depan di 5,3 persen,” katanya.

Country Director World Bank for Indonesia Rodrigo Chaves mengingatkan proteksionisme AS akan memberikan potensi risiko penurunan ekspor Indonesia.

Chaves menjelaskan AS merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ketiga menyusul Cina dan Jepang. Alhasil, jika ada gangguan dalam arus perdagangan, gangguan itu akan menimbulkan efek disproporsi terhadap sektor manufaktur Indonesia.

"Selain itu, AS merupakan pasar penting bagi partner perdagangan Indonesia di kawasan yakni, Jepang dan Cina," ujarnya.

Jika ada ganguan dalam perdagangan antara AS dan negara di Asia Pasifik, World Bank melihat akan memberikan efek sekunder atau secondary effects kepada Indonesia akibat penurunan permintaan di dua negara tersebut.

Bank Dunia juga memperkirakan defisit neraca berjalan Indonesia akan tetap berada dalam kisaran 1,8 persen dari produk domestik bruto, atau tetap jika dibandingkan dengan tahun lalu. Kendati demikian, World Bank tetap melihat adanya pertumbuhan nilai ekspor yang diproyeksikan akan melampaui nilai impor Indonesia.

Acting Lead Economist Hans Anand Beck mengungkapkan perbaikan nilai ekspor tersebut didukung oleh kenaikan harga komoditas pada kuartal pertama tahun ini.

"Kenaikan yang positif dari harga komoditas diharapkan berlanjut hingga sisa tahun ini," ujarnya.
BISNIS.COM

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

7 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

11 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya