Jelang Pertemuan The Fed, Pasar Obligasi Cenderung Variatif  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Selasa, 14 Maret 2017 10:29 WIB

Refleksi karyawan memantau pergerakan pasar uang dan obligasi di Global Market Permata Bank, Jakarta, Selasa (10/1). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, memperkirakan pergerakan pasar obligasi cenderung variatif. "Sejumlah yield yang turun memberikan penilaian akan adanya pergerakan positif dari sejumlah obligasi meski masih terbatas," kata dia seperti dilansir keterangan tertulis, Selasa, 14 Maret 2017.

Reza mengatakan pelaku pasar masih akan memperhatikan sentimen dan pergerakan obligasi global menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC). Pertemuan tersebut digelar pada 14-15 Maret 2017 waktu Amerika Serikat.

Baca: Jelang Pertemuan The Fed, Waspadai Potensi Pelemahan Rupiah

Menurut Reza, pergerakan sejumlah harga obligasi, khususnya harga surat utang negara (SUN), terlihat sudah mulai membaik dibanding sebelumnya. Perbaikan terlihat dari meningkatnya harga sejumlah SUN dan turunnya besaran yield untuk setiap tenor. Tenor untuk jangka panjang pun mengalami penurunan atau lebih rendah dari sebelumnya.

Reza mengatakan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah membuat pergerakan harga obligasi cenderung variatif. Selain itu, pelaku pasar melakukan aksi beli yang memanfaatkan sejumlah berita positif makroekonomi Indonesia.

Pergerakan masing-masing tenor, yakni untuk tenor pendek, 1-4 tahun, rata-rata mengalami kenaikan yield 2,38 basis poin. Sedangkan tenor menengah, 5-7 tahun, naik 0,003 basis poin dan tenor panjang, 8-30 tahun, turun 0,18 basis poin.

Reza mengatakan adanya aksi beli membuat sejumlah harga mulai mengalami peningkatan, tak terkecuali pada seri obligasi benchmark. Pada FR0061 yang memiliki waktu jatuh tempo ± 5 tahun dan harga 99,15 persen memiliki yield 7,196 persen. Harganya turun 2,52 basis poin dari sehari sebelumnya di harga 99,04 persen dengan yield 7,22 persen.

Baca: Sri Mulyani Sebut Faktor Ini Penggugur Calon Komisioner OJK

Untuk FR0072, yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun, harganya 102,50 persen dan yield 7,99 persen. Harganya turun 2,53 basis poin dari sehari sebelumnya di harga 101,25 persen dan yield 8,02 persen.

Kemarin, Senin, 13 Maret 2017, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun 0,02 basis poin di level 112,498 dari sebelumnya di level 112,52 persen. Sedangkan rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun 0,04 basis poin di level 106,74 persen dari sebelumnya di level 106,79 persen.

Laju yield obligasi korporasi mulai mengalami aksi jual meski masih cenderung terbatas. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA yield untuk tenor 9-10 tahun rata-rata di kisaran level 9,38 persen -9,4 persen. Sementara pada obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, yield berada di kisaran level 9,97-10 persen.

Baca: Bisnis Payroll, Bank Mandiri Kembangkan Konsep Banking at Work

Untuk rating A dengan tenor 9-10 tahun , yield berada di kisaran 11-11,02 persen. Sementara pada rating BBB, yield berada di kisaran 13,95-13,96 persen.

Hari ini, pemerintah menawarkan lima seri obligasi negara. Jumlah indikatif SBSN yang dilelang Rp 15 triliun dengan target maksimal Rp 22,5 triliun.

Berikut ini kelima seri obligasi tersebut.

1. Seri SPN03170615 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo 15 Juni 2017.

2. Seri SPN12180301 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil diskonto dan jatuh tempo 1 Maret 2018.

3. Seri FR0061 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 7,00 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2022.

4. Seri FR0074 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 7,50 persen dan jatuh tempo 15 Agustus 2032.

5. Seri FR0072 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 8,25 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2036.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

8 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

2 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

8 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

9 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

28 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

36 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

40 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

49 hari lalu

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

52 hari lalu

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

KPK menyerahkan barang rampasan negara hasil perkara tindak pidana korupsi kepada enam instansi pemerintah.

Baca Selengkapnya