TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai tukar petani (NTP) nasional pada Februari 2017 sebesar 100,33. Nilainya menurun 0,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 100,91.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan NTP disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,24 persen. Sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.
Menurut dia, hampir seluruh subsektor mengalami penurunan. "Hanya subsektor perikanan yang mengalami kenaikan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu, 1 Maret 2017.
Baca : Raja Salman Lirik Investasi di Sektor Minyak dan Pariwisata
Subsektor yang mengalami penurunan terbesar adalah subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,61 persen. Sementara subsektor hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat masing-masing turun 0,04 persen. Subsektor peternakan turun 0,28 persen.
Sementara subsektor perikanan tercatat naik 0,30 persen. Subsektor nelayan naik 0,48 persen dan pembudidaya ikan naik 0,16 persen.
Suhariyanto mengatakan NTP Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan terbesar yaitu mencapai 1,27 persen. Peningkatan NTP tertinggi tercatat dialami Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 1,17 persen.
Baca : Usai Tax Amnesty, Pemeriksa Pajak Ditambah 2 Kali Lipat
Selama Februari 2017, terjadi inflasi pedesaan di Indonesia sebesar 0,38 persen. Menurut Suhariyanto, inflasi dipicu oleh naiknya seluruh kelompok penyusun indeks konsumsi rumah tangga (IKRT). Kenaikan tertinggi berasal dari kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,47 persen.
Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) nasional Februari 2017 sebesar 109,62. Nilainya turun 0,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
VINDRY FLORENTIN
Berita terkait
Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi
3 hari lalu
Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar
Baca SelengkapnyaPengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia
6 hari lalu
Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?
7 hari lalu
Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka
7 hari lalu
Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.
Baca SelengkapnyaImpor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik
7 hari lalu
BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.
Baca SelengkapnyaBPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
7 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Baca SelengkapnyaBPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan
8 hari lalu
BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.
Baca SelengkapnyaSurplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit
8 hari lalu
Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaTimur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak
8 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaPupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi
9 hari lalu
PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.
Baca Selengkapnya