Pelaku pasar asing yang kembali melakukan aksi beli saham menjadi salah satu faktor yang menopang laju IHSG. Data perdagangan efek di BEI tercatat, pelaku pasar saham asing membukukan aksi beli bersih sebesar Rp747,60 miliar pada akhir pekan ini. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO,Jakarta – Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memanggil sejumlah anggota bursa yang diduga melakukan perdagangan mencurigakan pada sesi pre-closing atau 10 menit menjelang penutupan perdagangan. Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI, Alpino Kianjaya, mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi sekitar lima anggota bursa yang mencurigakan. Kelimanya merupakan sekuritas asing.
”Saya tidak akan sebut, tapi semua sudah teridentifikasi dan segera diproses,” katanya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 13 Februari 2017.
Alpino menilai tindakan anggota bursa tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman. Sebab, perdagangan dilakukan secara tidak transparan. Selama 10 menit sebelum perdagangan ditutup, pelaku pasar tidak bisa melihat perdagangan yang terjadi.
Transaksi mencurigakan saat pre-closing diduga terjadi pada akhir pekan lalu, Jumat, 10 Februari 2017. Akibatnya, indeks harga saham gabungan menurun. Ia berharap kejadian tersebut tidak terulang. BEI tengah mempertimbangkan beberapa opsi untuk mencegahnya. Salah satunya adalah mengumumkan transaksi yang terjadi selama masa pre-closing.
Pilihan lainnya adalah mengubah waktu penutupan secara acak (random closing). Alpino mengatakan skema tersebut akan dilakukan oleh sistem secara otomatis. “Jadi tidak harus menunggu jam 16.00,” ucapnya.
Opsi terakhir adalah menghilangkan pre-closing. “Bagi investor, pre-closing tidak menguntungkan,” katanya. Namun BEI hingga saat ini belum memutuskan mengambil satu dari ketiga opsi tersebut.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.