2030, Kebutuhan Investasi Gas Capai US$ 80 Miliar

Reporter

Kamis, 9 Februari 2017 07:30 WIB

Ilustrasi tabung gas elpiji ukuran 12 dan 3 Kg. TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Gas Society (IGS) memperkirakan, kebutuhan investasi infrastruktur gas di Indonesia hingga 2030 mencapai 70-80 miliar dolar AS dengan asumsi pertumbuhan energi domestik 4-5 persen per tahun.

Ketua IGS Yenni Andayani dalam rilis di Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017, mengatakan, selain memenuhi kebutuhan gas domestik, investasi baru tersebut juga bakal menciptakan lapangan kerja, memicu pertumbuhan industri, dan juga pertumbuhan "gross domestic product" (GDP).

"Investasi infrastruktur gas merupakan jangka panjang untuk 30-an tahun dan untuk menjadi tujuan investasi, Indonesia berkompetisi dengan negara lain. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik seluruh stakeholder, insentif, harga yang kompetitif, dan memastikan iklim investasi dalam negeri yang baik," katanya dalam pembukaan International Indonesia Gas Conference & Exhibition 2017.

Yenni yang juga menjabat Plt Dirut PT Pertamina (Persero) mengatakan, peningkatan kebutuhan energi domestik itu disebabkan pertumbuhan populasi kelas menengah dan kenaikan "gross domestic product" (GDP).

Sekitar 15 persen kebutuhan energi tersebut dipasok oleh gas, sedangkan sisanya minyak bumi, batubara dan lainnya.

Ia menambahkan, pertumbuhan permintaan gas terutama berasal dari rencana pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 14.000 MW yang merupakan bagian program pemerintah 35.000 MW serta proyek modifikasi kilang (refinery development master plan/RDMP) pada empat kilang dan pembangunan dua kilang baru (new grass root refinery/NGRF) milik Pertamina.

Selain juga, pertumbuhan permintaan gas berasal dari penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi.

"Tantangan selanjutnya adalah memenuhi permintaan gas tersebut dari hulu ke hilir. Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber gas baru serta membangun infrastruktur gas yang akan mengirimkannya ke konsumen akhir," katanya.

Menurut Yenni, Pertamina sebagai pioner bisnis gas dan gas alam cair (LNG) skala global telah mengembangkan infrastruktur gas di seluruh mata rantai bisnis gas.

Pertamina, lanjutnya, secara terus menerus juga melakukan pengembangan gas hulu, menyiapkan rencana revitalisasi Blok Mahakam, membangun terminal regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU), mengembangkan pipa gas, dan telah mengamankan pasokan LNG dari dalam dan luar negeri.

"Pertamina siap menjadi agen untuk memacu pertumbuhan infrastruktur dan konsumsi gas di Indonesia," kata Yenni.

ANTARA

Berita terkait

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

23 Februari 2024

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

Kemenperin menbantah Kementerian ESDM terkait perluasan harga gas khusus industri yang dinilai membebani industri migas.

Baca Selengkapnya

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

3 Januari 2023

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

BPH Migas bersama Polri mengungkap penyalahgunaan bahan bakar minyak atau BBM sebanyak 1,4 juta liter sepanjang tahun 2022.

Baca Selengkapnya

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

24 November 2022

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

Airlangga Hartarto meminta agar SKK Migas melakukan langkah-langkah agar situasi iklim investasi maupun insentif bisa lebih baik di industri migas.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

23 November 2022

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

Sri Mulyani Indrawati menyatakan bakal mengoptimalkan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan pertumbuhan industri migas.

Baca Selengkapnya

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

23 November 2022

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan industri hulu minyak dan gas (migas) membutuhkan investasi yang cukup besar.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

28 Oktober 2022

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988, Soebroto, mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) bukan sunset industri, tetapi menjadi sunrise industri

Baca Selengkapnya

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

21 Juli 2022

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

SKK Migas melaporkan kegiatan pengeboran di Blok Andaman I,II, dan III belakangan makin intensif.

Baca Selengkapnya

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

25 April 2022

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

BPH Migas menjelaskan beberapa proyeksi untuk sektor bahan bakar minyak (BBM) selama periode Idul Fitri.

Baca Selengkapnya

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

24 Oktober 2021

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

Raden Pardede mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil

Baca Selengkapnya

Joe Biden Menangguhkan Sementara Izin Pengeboran Minyak dan Gas

22 Januari 2021

Joe Biden Menangguhkan Sementara Izin Pengeboran Minyak dan Gas

Pemerintahan Joe Biden untuk sementara menangguhkan izin pengeboran minyak dan gas di daratan dan perairan federal untuk memerangi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya