Kalla: Banyak Kebijakan Masa Lalu Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Reporter

Kamis, 27 Oktober 2016 15:49 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla berpidato sekaligus membuka Tempo Economic Briefing di Hotel Westin, Jakarta, Kamis 27 Oktober 2016. TEMPO/Burhan Sholihin

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan sejumlah kebijakan politik masa lalu terbukti menghambat pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut menekan jumlah belanja untuk pembangunan di sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. "Akibatnya, belanja modal dan barang kita tidak lebih dari 20 persen. Padahal, belanja modal bisa mendorong efek berlipat," kata Kalla saat diskusi Tempo Economic Briefing di Hotel Westin, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, hari ini, Kamis, 27 Oktober 2016.

Kebijakan yang dimaksud Kalla seperti pemberian pinjaman ketika krisis ekonomi 1998. Saat itu, pemerintah menggelontorkan Rp 500 triliun untuk likuiditas perbankan. "Kesalahannya menjamin semua yang salah. Akhirnya orang membuat suatu penggelembungan atau perampokan kebijakan yang dibuat," kata dia.

Saat ini, pemerintah tak akan menanggung kerugian perbankan. Pertanggungjawaban berada di tangan para pemegang saham. Otoritas Jasa Keuangan mencatat kredit bermasalah perbankan mencapai 3,22 persen secara kotor, dan 1,4 persen secara bersih. "Apapun yang terjadi di bank mau bangkrut ya bangkrut lah. Tak boleh ada satu pun bailout.Jangan tipu Bank Indonesia," Kalla berujar.

Baca Juga: Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Membaik Sesuai Target

Kalla menyebut pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono boros mengelola sumber daya alam, khususnya di bidang energi. Yudhoyono yang memimpin Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I-I I selama 10 tahun menggelontorkan subsidi bahan bakar minyak hingga Rp 1.500 triliun. "Yang terbesar itu kabinet sebelum ini. Zaman saya jadi Wakil Presiden, kami naikkan tiga kali."

Kalla menyamakan kecerobohan ini dengan pengelolaan minyak di Venezuela. Negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia itu berakhir bangkrut.

Lebih lanjut, Kalla menilai terjadi pemborosan di sektor birokrasi. Negara harus membayar Rp700 triliun untuk gaji pegawai setiap tahun. Nilai ini 10 kali lipat melonjak dibanding satu dasawarsa lalu.

Belakangan, negara juga harus menanggung utang luar negeri yang menumpuk hingga 30 persen. Jika ini berlanjut, Kalla tak yakin anggaran pendapatan dan belanja negara mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada 2017. "Semua harus hemat. Gubernur harus kurangi biaya birokrasi," kata dia.

Simak: Melawan Ahmad Dhani, Calon Bupati Bekasi Gaet Maia Estianty

Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya kualitas pengelolaan anggaran ketimbang mengejar target pertumbuhan ekonomi. Tahun depan, pemerintah harus mengelola belanja negara sebesar Rp2.080 triliun. Biaya itu dibagi untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.315,5 triliun, dan transfer daerah serta dana desa sebesar Rp764,9 triliun.

"Yang terpenting bagaimana membuat golongan menengah dan bawah menikmati manfaat bisa lewat investasi kualitas sumber daya, dan subsidi," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani ingin agar belanja tak hanya menyasar pembangunan infrastruktur fisik seperti pelabuhan, jalan tol, dan bandara. Infrastruktur kesehatan dan pendidikan akan jadi sasaran utama. Pemerintah menganggarkan lebih dari Rp 400 triliun untuk biaya pendidikan. "Penting juga sanitasi untuk mengurangi kemiskinan."

PUTRI ADITYOWATI

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

20 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

4 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

5 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

7 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

8 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya