Pemerintah: Impor Bawang Bagai Makan Buah Simalakama  

Reporter

Editor

Mustafa moses

Jumat, 27 Mei 2016 08:47 WIB

Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, dan Sekretaris Jenderal Kemendag Srie Agustina saat meninjau pasokan bawang merah di gudang Bulog, Jakarta Utara pada Senin, 16 Mei 2016. Tempo/Avit Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura Menteri Koordinator Perekonomian Wilistra Danny mengatakan impor bawang merah bagai memakan buah simalakama. Di satu sisi, kalau benar produksi cukup, harga akan jatuh. Namun, kalau tak dilakukan, dari sisi konsumen yang berat.

"Kalau impor artinya ternyata benar produksi cukup, harganya jatuh, kasihan petani. Kalau tak dilakukan, konsumennya kasihan," kata Wilistra kepada Tempo saat ditemui di ruang rapat Menko Perekonomian, Kamis, 26 Mei 2016.

Wilistra melanjutkan, impor bawang merah akan dilakukan hanya untuk berjaga-jaga kalau harganya terus mengalami kenaikan. Itu juga akan dialokasikan untuk simpanan Badan Urusan Logistik atau Bulog. "Itu buffer-nya Bulog," ujarnya.

Ia menyebutkan pemerintah ingin menekan harga komoditas, termasuk bawang, sebelum Ramadan tiba. Dengan demikian, saat memasuki Ramadan, harga-harga naik. Hal itu dilakukan dengan memperhatikan prinsip keseimbangan. Artinya, petani tetap mendapat keuntungan dan konsumen tetap mampu memenuhi kebutuhannya.

Selain itu, impor bawang dimungkinkan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit para petani. Wilistra menjelaskan, saat petani panen bawang, ada bagian dari hasil panen tersebut yang disimpan untuk dijadikan bibit pada musim tanam berikutnya.

Dari pantauan harga yang dilakukan tim dari Kemenko Perekonomian di pasar induk, Wilistra mengatakan harga bawang masih cukup tinggi. Bawang ukuran kecil seharga sekitar Rp 30 ribu dan bawang ukuran besar atau super sekitar Rp 43 ribu.

Ketika ditanyakan, jika impor nanti, akan mengambil dari mana bawang-bawang itu, Wilistra menuturkan ada sejumlah negara yang menjadi pertimbangan, dan di antaranya adalah Thailand, Filipina, dan India.

DIKO OKTARA

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

2 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

3 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

3 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

4 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

4 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

5 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya