TEMPO.CO, Jakarta - Volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret lalu tercatat anjlok 24 persen dibandingkan Februari. Penurunan ekspor ini tidak membuat panik pengusaha minyak sawit Indonesia.
"Ini sengaja dikurangi untuk memenuhi kebutuhan produksi biodiesel di dalam negeri," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan dalam siaran pers, Rabu, 27 April 2016.
Di samping itu, produksi dalam negeri mulai turun karena pengaruh El Nino tahun lalu, sehingga stok dalam negeri perlu dijaga.
Pada Maret ini, produksi biodiesel mencapai 270 ribu kiloliter dengan penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai 200 ribu kiloliter. Adapun penyerapan biodiesel pada Maret turun 32 persen dibandingkan bulan lalu, yakni sebesar 294 ribu kiloliter.
Menurut data Gapki, penyerapan biodiesel untuk triwulan pertama 2016 telah mencapai 732 ribu kiloliter. "Dengan kinerja penyerapan yang konsisten, Gapki optimistis pada tahun 2016 target penyerapan biodiesel 3 juta kiloliter bisa tercapai," kata Fadhil.
Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada Maret tercatat kembali turun 6,4 persen atau dari 2,47 juta ton setelah koreksi pada Februari menjadi 2,31 juta ton pada Maret. Tren penurunan produksi mulai berlangsung sejak awal tahun karena pengaruh dari El Nino tahun lalu.
Stok minyak sawit Indonesia, termasuk biodiesel dan oleochemical, pada Maret tercatat sebanyak 3,02 juta ton atau turun sebesar 12 persen dibanding dengan bulan lalu sebesar 3,44 juta ton.
Ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2016 tercatat sebanyak 1,74 juta ton atau turun 24 persen dibandingkan dengan ekspor bulan lalu sebesar 2,29 juta ton. Jika dibandingkan secara year on year, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama triwulan pertama 2016 masih menunjukkan kenaikan 9 persen dibandingkan periode yang sama pada 2015, atau dari 5,6 juta ton pada triwulan pertama 2015 meningkat menjadi 6,14 juta ton pada periode yang sama 2016.