Pengunjung menyambangi jejeran stand Koperasi dan UMKM di Pekan Rakyat Jakarta Barat, di Puri Indah, 10 Desember 2015. TEMPO/Ahmad Faiz
TEMPO.CO, Jakarta - Japan International Cooperation Agency (JICA) mengaku tertarik mempelajari program pengembangan pembiayaan mikro di Indonesia. JICA mengapresiasi pengembangan keuangan mikro terutama program kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga 9 persen tanpa agunan.
“Mereka menilai di Indonesia sudah ada beberapa skema pembiayaan untuk mikro,” kata Agus Muharram, Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 5 Februari 2016.
Agus menambahkan lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia di antaranya Bank Rakyat Indonesia, bank perkreditan rakyat, Pegadaian, serta koperasi simpan pinjam. Koperasi dinilai sebagai salah satu lembaga yang lebih mudah memberikan akses pembiayaan bagi para pelaku usaha.
Menurut Agus, JICA tertarik mempelajari program pemerintah memberdayakan pelaku usaha khususnya perempuan. Pemerintah secara afirmatif telah memiliki program memberikan akses bagi koperasi dan pelaku usaha perempuan.
Agus menjelaskan program pemberdayaan perempuan itu di antaranya bantuan dana pengembangan koperasi atau program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera. Sejak 2015, pemerintah telah menyalurkan bantuan itu kepada 742 unit koperasi wanita di seluruh provinsi. Total bantuan yang diberikan mencapai Rp 50 miliar. Pemerintah berkomitmen memberikan program pelatihan dan modal bagi perempuan pelaku usaha.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
59 hari lalu
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.