TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2015 bagi komoditas minyak berakhir dengan kondisi muram. Harga minyak memangkas kerugiannya pada Kamis waktu setempat atau Jumat pagi, 1 Januari 2016, tapi mengakhiri 2015 dengan penurunan tajam.
"Emas hitam" itu babak belur oleh kondisi global yang terus kelebihan pasok dan pelambatan di konsumen energi utama Cina. Patokan Eropa minyak mentah Brent North Sea turun hampir 35 persen sepanjang tahun, sedangkan patokan AS minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 30 persen.
"Karena minyak mentah Brent melayang dekat posisi terendah 11-tahun dan WTI bernasib tidak jauh lebih baik, pasar mengakhiri tahun pada catatan muram, konsisten dengan apa yang kita lihat kelebihan pasokan fisik yang sedang berlangsung," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Kontrak berjangka utama mengakhiri Kamis dengan keuntungan harian moderat. WTI untuk pengiriman Februari naik 44 sen menjadi ditutup pada 37,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, Brent untuk pengiriman Februari naik 82 sen menjadi menetap di 37,28 dolar AS per barel. Rebound moderat pada Kamis mungkin berasal dari para investor yang mencoba untuk meminimalkan risiko setelah berspekulasi harga jatuh menjelang akhir pekan panjang Tahun Baru, kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates. Pasar ditutup pada Jumat untuk libur Tahun Baru.
"Bisa jadi ini hanya short-covering akhir tahun karena pasar telah begitu bearish," katanya, "dan orang-orang menyesuaikan posisi mereka."
Minyak mentah berjangka telah terjun lebih dari 100 dolar AS per barel pada pertengahan 2014 akibat persediaan melimpah yang diperburuk oleh produksi kuat dari OPEC dan Amerika Serikat. Harga telah merosot terutama sejak 4 Desember, ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan menentang pembatasan produksi, karena anggota-anggotanya berjuang untuk mempertahankan pangsa pasar.
Juga menekan sentimen pasar adalah Cina, karena pertumbuhan ekonomi konsumen energi terbesar di dunia itu melambat. Di sisi lain, anggota OPEC Iran bersiap untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya setelah sanksi-sanksi Barat dicabut, sebagai bagian dari perjanjian nuklirnya dengan negara-negara besar. "Kita tahu pasar kelebihan pasokan dan kita pergi ke 2016 dengan pasar akan menunggu kembalinya minyak Iran," kata Lipow.
Berpotensi menambah kekhawatiran pasokan adalah tindakan Kongres AS awal bulan ini untuk mengakhiri larangan ekspor minyak mentah AS yang dihasilkan di dalam negeri yang telah berlangsung selama 40-tahun. NuStar Energy dan ConocoPhillips pada Rabu, 30 Desember 2015, mengumumkan sedang memuat "apa yang mereka yakini sebagai kargo ekspor pertama minyak mentah light sweet produksi AS" setelah larangan tersebut dicabut.
Berita terkait
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi
3 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaEkskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak
9 hari lalu
Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel
10 hari lalu
Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram
11 hari lalu
Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.
Baca SelengkapnyaAnalis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar
11 hari lalu
Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru
5 Januari 2024
Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?
21 Juni 2023
Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?
7 Juni 2023
Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang
6 Juni 2023
Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.
Baca Selengkapnya