Produk Ikan RI Raih Kontrak Dagang US$7,07 Juta di Taiwan

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 10 Desember 2015 21:21 WIB

Abdul Rahman asal Tobelo menunjukkan ikan cakalang yang dibelinya dari nelayan Morotai di pulau Kolorai, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, 12 November 2015. Minapolitan sendiri adalah sebuah konsep yang dilontarkan lima tahunan lalu, saat Menteri Kelautan dan Perikanan masih dijabat Fadel Mohammad. Namun Morotai kini masih jauh dari apa yang diharapkan akan terwujud. ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, Jakarta - Produk perikanan Indonesia meraih kontrak dagang 7,07 juta dolar Amerika Serikat atau Rp96,83 miliar dalam Taiwan International Fisheries & Seafood Show 2015 pada 19-21 November 2015 di Kaoshiung Exhibition Center, Kaoshiung, Taiwan.

"Kontrak bisnis tersebut terdiri dari transaksi pada saat pameran sebesar 1,73 juta dolar AS dan kontrak bisnis yang perlu ditindaklanjuti sebesar 5,34 juta dolar AS. Kami optimis, tingginya permintaan produk perikanan ini dapat menggenjot ekspor ke depannya," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran pers yang diterima, di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2015.

Bekerja sama dengan KDEI Taipei, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan semakin agresif mempromosikan produk perikanan dan hasil perikanan Indonesia di Taiwan.

Dalam pameran tersebut, Indonesia menampilkan aneka produk perikanan dan hasil laut, antara lain tuna, udang, gurita, rajungan, ikan beku, ikan kerapu beku, gurita beku, udang beku, dan makanan olahan beku dari enam perusahaan yang bergerak di bidang perikanan dan produk perikanan.

Keenam perusahaan tersebut adalah PT Medan Tropical Canning & Frozen Industries, PT Muria Bahari Indonesia, PT Alam Jaya, PT Arafura Prima Indopasifik, CV Buana Laut Nusantara, dan PT Sekar Bumi.

Produk-produk yang banyak diminati antara lain WR soft shell crab (SSC), WR poulp squid, gurita, sotong, kerapu beku, cakalang, bandeng, cumi, tenggiri, kuniran, dorang hitam, kerapu segar, muroaji, layur, bandeng umpan, ribbon fish, sleeper lobster, softbone cuttlefish, ikan malin, pasteurized crab meat, shrimp (vannamei), dan processed seafood.

"Tingginya minat para buyer pada produk ikan dan hasil laut Indonesia menandakan citra positif Indonesia sebagai negara pemasok berdaya saing sehingga perlu terus digiatkan untuk memperluas jaringan pemasaran produk di pasar global," jelas Nus.

Di samping Taiwan, permintaan juga banyak datang dari India, Malaysia, Singapura, RRT, Jepang, Kanada, Panama, dan Filipina. Negara-negara tersebut sedang mencari pemasok baru untuk menjaga keberlanjutan pasokan ikan akibat perubahan iklim dan musim panen yang berbeda di tiap negara.

"Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan ditengarai juga mendorong para buyer untuk langsung mencari ikan dari Indonesia setelah sebelumnya mengimpor dari negara perantara," kata Nus.

Taiwan International Fisheries & Seafood Show 2015 merupakan pameran produk perikanan dan peralatan perikanan berskala internasional yang diikuti oleh 210 peserta dari berbagai negara, antara lain Korea, Jepang, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Peru, Brazil, Amerika Serikat (AS), India, Thailand, Israel, Bahrain, dan Inggris.

Pameran tersebut dikunjungi 7.500 orang dari 30 negara, antara lain AS, Jepang, Malaysia, Korea, Vietnam, Rusia, Mesir, dan negara lainnya.

BISNIS

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

2 jam lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

11 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

22 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

40 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

41 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

41 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

42 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

42 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

55 hari lalu

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

25 Februari 2024

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

Sejak penerapan sanksi administratif di sektor kelautan dan perikanan, KKP menyebut kebijakan tersebut mampu meningkatkan efek jera.

Baca Selengkapnya