Letusan Barujari, 70 Penerbangan di Lombok Terhalang
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Kamis, 5 November 2015 12:09 WIB
TEMPO.CO, Mataram - Abu vulkanik akibat letusan anak Gunung Rinjani, Gunung Barujari, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengakibatkan 70 penerbangan yang biasanya mendarat dan terbang di Bandara Internasional Lombok terhalang.
Dalam kondisi normal, Bandara Internasional Lombok, yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah itu melayani penumpang dari dan ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Sumbawa, dan Bima. Jumlah penumpang rata-rata 3.300 orang per hari.
Manajer Operasi Bandara Internasional Lombok Gusbandoro Bambang menyebutkan, penerbangan dari dan ke bandara itu ditutup sejak Rabu malam, 4 November 2015. “Pagi ini berlanjut sehari lagi. Ini force majeur,” kata Gusbandoro kepada Tempo, Kamis, 5 November 2015.
Juru bicara Bandara Internasional Lombok, Gede Eka Sandi, menjelaskan sejak Rabu malam, 4 November 2015, pukul 18.45 Wita, telah dikeluarkan notice to airmen (notam) perihal penutupan penerbangan dari dan ke bandara itu.
Eka menjelaskan, semula berlaku hingga Kamis pagi, 5 November 2015, pukul 09.30 Wita. Tetapi dikeluarkan lagi instruksi penutupan mulai Kamis, 5 November 2015, pukul 07.25 Wita hingga Jumat, 6 November 2015, pukul 08.45 Wita. “Penumpang diarahkan menggunakan alternatif transportasi laut,” ujarnya.
Kepala Pos Pemantau Gunung Rinjani di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Mutaharlin, mengatakan letusan Gunung Barujari masih terus berlangsung setiap waktu tanpa jeda. Amplitudo getaran, seperti yang terekam di Pos Pemantau, mencapai 48 milimeter.
Menurut Mutaharlin, intensitas letusan Gunung Barujari meningkat sepanjang hari sejak Minggu, 1 November 2015. Tinggi asap erupsi mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut. “Suaranya bergemuruh dan dentuman serta keluar api,” katanya kepada Tempo, Kamis, 5 November 2015.
Mutaharlin menjelaskan, letusan Gunung Barujari berasal dari lubang letusan yang terjadi pada 1994, 2004, dan 2009. Jaraknya sekitar sepuluh meter dari kawah utama.
Peneliti Rinjani-Samalas, Heryadi Rachmat, mengatakan berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, letusan efusif (kecil) bisa berlangsung lama. “Pengalaman yang terdahulu demikian,” ujar Heryadi, perekayasa utama Museum Geologi yang sedang menyiapkan desertasinya mengenai letusan Rinjani-Samalas tahun 1257 ini.
Heryadi mengatakan pada 1994 letusan gunung Barujari berlangsung selama setahun dan pada 2009 selama 1,5 tahun.
SUPRIYANTHO KHAFID