Papan harga BBM bersubsidi dipasang di halaman SPBU Cikini, Jakarta (26/04). Pemasangan ini terkait rencana pemerintah menaikkan harga premium mobil pribadi menjadi Rp 6500/liter mulai awal bulan Mei 2013. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Impor BBM Premium Pertamina secara bertahap akan turun 30 persen mulai November tahun ini sejalan dengan beroperasinya kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban serta unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) Cilacap.
"Dari kedua unit tersebut, Pertamina berpotensi mendapatkan tambahan produksi Premium hingga 91 ribu barel per hari, masing-masing 61 ribu barel per hari dari TPPI Tuban dan 30 ribu barel per hari dari RFCC Cilacap," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro saat bertemu dengan Energy and Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2015.
Wianda mengatakan, per 30 September 2015, RFCC Cilacap mulai mengeluarkan tes perdana produk gasoline. Dengan beroperasinya RFCC Cilacap tersebut, impor Premium akan berkurang sekitar 30 ribu barel per hari atau setara dengan 10 persen dari total impor.
Untuk kilang TPPI Tuban, Wianda mengungkapkan, dalam waktu dekat, akan diresmikan pengoperasiannya setelah Pertamina mengambil alih operasi TPPI per 1 Oktober 2015. Kilang tersebut menghasilkan 61 ribu barel per hari Premium sehinggga secara signifikan mengurangi 20 persen impor.
Dengan beroperasinya dua unit kilang tersebut, total potensi pengurangan impor Premium Pertamina menjadi 91 ribu barel per hari atau sekitar 30 persen dari toral impor Premium nasional.
Konsumsi Premium nasional saat ini berada di kisaran 29,5 juta kiloliter. Dari angka ini, sekitar 17,1 juta KL per tahun atau 9 juta barel per bulan diperoleh dari impor.
"Pengoperasian kedua kilang tersebut merupakan langkah terobosan Pertamina guna mengurangi impor Premium," ujarnya.
Wianda juga mengungkapkan bahwa penghematan dari penurunan impor Premium itu mencapai US$ 1,99 miliar per tahun. Nilai tersebut dengan asumsi harga indeks pasar gasoline sekitar US$ 60 per barel.
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
7 hari lalu
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.