Ekonomi Triwulan III Berpeluang Tumbuh di Atas 5,0 Persen

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Selasa, 21 Juli 2015 22:01 WIB

Petani menunjukkan sejumlah bawang merah yang telah di panen di perkebunan Bantaeng, Sulsel, beberapa waktu lalu. Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Mei mengalami inflasi sebesar 0,31%, yang dipicu tiga komoditas utama masyarakat, yakni bawang merah, daging ayam ras serta telur ayam ras.TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia pertumbuhan ekonominya pada triwulan III berpeluang tumbuh di atas 5,0 persen, jika realisasi belanja pemerintah optimal, kata ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandi.

"Realisasi program pemerintah itu akan mendorong stimulus bagi perekonomian dengan meningkatnya jumlah lapangan kerja. Itu yang bisa memulihkan konsumsi," ujarnya, saat dihubungi di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2015.

Sepanjang semester I, menurut dia, konsumsi domestik, baik konsumsi swasta maupun konsumsi rumah tangga masih lesu.

Jika rencana Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk mempercepat eksekusi program dan proyek-proyek infrastruktur terealisasi pada semester II, dia memperkirakan, maka pertumbuhan ekonomi di triwulan III dan IV bisa berada di rentang 5,0 hingga 5,2 persen.

Menurut dia, alokasi belanja modal untuk infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2015 senilai Rp290,3 triliun, atau terbesar dalam lima tahun terakhir,, seharusnya dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun, ia menilai, lambannya realisasi belanja modal tersebut yang terjadi hingga penghujung semester akan memperkecil kontribusi belanja infrastruktur tersebut bagi pertumbuhan ekonomi.

Meskipun perkiraan pemerintah bahwa 90 persen dari belanja modal tersebut akan teralisasi tahun ini, Eric menyangsikan efeknya terhadap target pertumbuhan ekonomi pemerintah sesuai asumsi di APBN-P 2015 senilai 5,7 persen.

Eric memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 senilai 4,9 persen.

"Sayang timing-nya terlambat untuk mengoptimalkan belanja infrastruktur itu," katanya.

Mengenai pertumbuhan ekonomi di triwulan II, Eric menilai, belum ada pencapaian positif, selain sedikit pulihnya kinerja ekspor. Hal itu ditambah masih lesunya konsumsi masyarakat.

"Indikator penjualan kendaraan bermotor dan ritel masih melemah," ujarnya.

Di triwulan II, ia memperkirakan, ekonomi hanya akan tumbuh 4,8 persen atau naik sedikit dari realisasi pertumbuhan triwulan I senilai 4,71 persen.

Indikasi lesunya permintaan masyarakat, dinilainya, juga terlihat dari laju impor bahan baku dan barang modal yang terus turun.

Padahal, Indonesia memasuki tren konsumsi tinggi di bulan Ramadhan dan Lebaran 1436 Hijriah, di mana seharusnya dunia usaha melipatgandakan produksi untuk memenuhi kenaikan konsumsi masyarakat.

"Jadi, menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan konsumsi? Karena, kita belum bisa mengganti impor barang modal dan bahan baku, tapi terus turun," katanya menambahkan.

ANTARA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

7 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

11 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya