TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan telah mengidentifikasi puluhan konglomerasi (kelompok usaha) yang menguasai bisnis keuangan di Indonesia. (Baca: OJK Awasi Industri Konglomerasi Bank)
Menurut Kepala Departemen Pengembangan, Pengawasan, dan Manajemen Krisis OJK Boedi Armanto mereka menjalankan bisnis perbankan, institusi keuangan nonbank, dan pasar modal. "Mereka kini menguasai 70 persen total aset sektor keuangan di Indonesia," kata Boedi di kantornya, Kamis, 25 September 2014. (Baca: OJK: Ada 31 Konglomerat Kuasai Bisnis Keuangan)
Boedi menuturkan keberadaan konglomerasi di bisnis keuangan tidak akan berkurang. OJK, ujar dia, sebelumnya bahkan menemukan adanya 32 konglomerasi. Namun ada yang masih harus ditelaah, apakah masuk dalam kelompok ini atau bukan. "Yang masih diragukan adalah Bank Jabar-Banten," ujarnya.
Menurut Boedi, keberadaan konglomerasi keuangan perlu diwaspadai karena jumlahnya besar dan bersifat lintas sektor. Kewaspadaan ini dinilai penting untuk menghindari kebangkrutan massal yang mengguncang sistem keuangan, seperti yang terjadi pada Lehman Brothers di Amerika Serikat tahun 2008. (Baca: OJK Awasi Konglomerasi Mulai Kuartal Ketiga).
Berikut ini daftar nama konglomerasi keuangan yang telah diidentifikasi oleh OJK:
1. Mandiri Group 2. BNI Group 3. BRI Group 4. Mega Group 5. Bukopin Group 6. Grup usaha Bank Internasional Indonesia (BII) 7. Grup usaha Development Bank of Singapore (DBS) 8. Citibank Group 9. Panin Group 10. Permata Group 11. BCA Group 12. Sinar Mas Group 13. CIMB Niaga 14. HSBC Group 15. OCBC Group 16. Commonwelth Group 17. Resona Group 18. Sumitomo Group 19. BTMU Group 20. Mizuho Hroup 21. RBS Group 22. Bank of America Group 23. JP Morgan Group 24. Ganesha Group 25. Victoria Group 26. Bank Pundi Group 27. MNC Group 28. Bank Bumiputera 29. BPD Kalimantan Selatan Group
Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya
9 Juni 2023
Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya
Tercatat pada April 2023, kredit perbankan tumbuh 8,08 persen year on year (yoy), lebih kecil ketimbang pertumbuhan kredit pada Maret 2023 yang mencapai 9,52 persen.