Dua Penyebab Antam Rugi Rp 272 Miliar di Kuartal I

Reporter

Editor

Abdul Malik

Selasa, 3 Juni 2014 05:57 WIB

Dua karyawan mengawasi peleburan biji nikel di pertambangan milik Aneka Tambang di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (30/3). REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO.CO , Jakarta - Perusahaan tambang pelat merah, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, mencatatkan rugi di kuartal I 2014 sebesar Rp 272,6 miliar dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu yang membukukan laba Rp 407,6 miliar. Sekretaris Perusahaan Antam, Tri Hartono, mengatakan kerugian itu disebabkan perseroan terdampak kebijakan pemerintah soal larangan ekspor mineral mentah yang mulai diberlakukan awal tahun ini. “Karena efek larangan ekspor dan masih rendahnya harga komoditas,” ujarnya ketika dihubungi, 2 Juni 2014.

Menurut dia, dua hal utama yang mengakibatkan Antam rugi di kuartal I di antaranya hilangnya pendapatan penjualan bijih nikel akibat pemberlakuan larangan ekspor bijih mineral mentah. (Baca juga : Pendapatan Antam Tergerus Larangan Ekspor Mineral)











Pada kuartal I 2013, penjualan bijih nikel perseroan sebesar Rp 1,1 triliun atau menyumbang 33 persen dari total penjualan bersih di periode tersebut sebesar Rp 3,3 triliun. Sedangkan pada kuartal I 2014, Antam hanya membukukan penjualan bijih nikel sebesar Rp 87 miliar atau hanya menyumbang 4 persen dari total penjualan bersih kuartal I 2014 sebesar Rp 2,3 triliun.

“Penjualan bijih nikel itu merupakan penjualan terakhir perseroan di 2014 sebelum berlakunya larangan ekspor mineral mentah pada 12 Januari,” kata Tri.

Kemudian, penyebab kedua adalah fluktuasi harga komoditas. Menurut Tri, harga emas di 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Antam mencatatkan harga jual rata-rata emas di kuartal I 2014 sebesar US$ 1.318 per troy ounce atau turun 23 persen dibandingkan dengan harga rata-rata periode yang sama tahun 2013. “Penurunan ini disebabkan antara lain oleh sentimen pasar terhadap perbaikan ekonomi Amerika Serikat,” ujar Tri. (Lihat juga: Antam Bagikan Dividen Rp 92,23 Miliar)

Tidak berbeda, Antam juga mencatatkan harga jual rata-rata feronikel di kuartal I 2014 sebesar US$ 6,20 per pound (lb) atau mengalami penurunan sebesar 21 persen dibanding harga rata-rata di kuartal I 2013. Menurut Tri, kenaikan harga feronikel baru terlihat di pengujung bulan Februari 2014. “Itu disebabkan oleh sentimen pasar yang bullish akibat terbatasnya persediaan bijih nikel, bahan baku nickel pig iron di Cina, serta krisis di Ukraina,” ujarnya.

ANANDA PUTRI

Terpopuler :

Kuartal I 2014, Laba Mayabank Naik 6,3 Persen

INACA Tunggu Keputusan Kenaikan Tarif Batas Atas

Juni, Inflasi Meningkat 20 Persen

Berita terkait

Bahlil Ingin Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas, Celios Beberkan Risiko Kerugian Ekonomi

2 hari lalu

Bahlil Ingin Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas, Celios Beberkan Risiko Kerugian Ekonomi

Celios memaparkan akan ada dampak buruk ekonomi dan lingkungan jika pemerintah memberikan izin tambang untuk ormas keagamaan.

Baca Selengkapnya

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

5 hari lalu

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) akan membagikan dividen Rp 3,08 triliun.

Baca Selengkapnya

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

7 hari lalu

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

Kontrak Freeport adalah salah satu kontrak pertambangan terbesar dan paling signifikan di dunia, yang terletak di Provinsi Papua, Indonesia.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

9 hari lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

9 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

12 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

13 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

14 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

18 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

20 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya