Akhir Pekan, Rupiah Malah Melorot 56 Poin

Jumat, 11 April 2014 17:15 WIB

Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen regional yang cenderung negatif ditambah ketidakpuasan pelaku pasar terhadap hasil pemilu membuat rupiah kembali melemah. Dalam transaksi pasar uang hari ini, Jumat, 11 April 2014, rupiah kembali terdepresiasi sebanyak 56 poin (0,50 persen) ke level 11.413 per dolar Amerika. Rupiah sempat bergerak liar ke level 11.460 per dolar AS pada awal perdagangan, sebelum intervensi bank sentral meredakan gejolak rupiah menjelang sesi penutupan.

Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan ketidakpuasan pasar terhadap hasil pemilu yang belum memastikan PDI Perjuangan mencapai 25 persen suara menjadi penyebab volatilitas rupiah. Pasar sangat sensitif terhadap hasil hitung cepat yang menunjukkan PDI Perjuangan masih perlu berkoalisi untuk mengusung Joko Widodo. "Akibatnya, risk appetite pelaku pasar berkurang dan rupiah kembali melemah," katanya. (Baca: Pemilu Jeblok, Indeks Saham Masih Bisa Menguat)

Sentimen dalam negeri diperparah oleh suasana pasar global yang sedang tidak kondusif. Mata uang regional cenderung melemah terhadap dolar Amerika, menyusul pasar saham global yang juga terkoreksi. Dalam kondisi demikian, pelaku pasar akan cenderung mengalihkan portofolionya ke aset safe haven.

Menurut Lindawati, menurunnya gairah investor di pasar global dipicu oleh melemahnya data perdagangan Cina pada Maret lalu. Meski ekspor Cina masih mencatat surplus sebesar US$ 7,7 miliar, laju impornya turun drastis 11,3 persen. "Perlambatan impor menunjukkan permintaan global belum pulih."

Dari Amerika Serikat, data klaim jumlah penganggur di Negeri Abang Sam bulan lalu turun 3.000 jiwa. Perbaikan pada sisi tenaga kerja akan meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral Amerika (The Fed) menyudahi kebijakan stimulus lebih awal dan mempertimbangkan penaikan suku bunga acuan pada 2015.

PDAT | M. AZHAR

Terpopuler
Jalan Jokowi Belum Mulus, Rupiah Melemah
Soal Investasi Foxconn, Jokowi: Itu Urusan Saya
Pemerintah Pasrah Freeport Tak Setor Dividen
Asosiasi Seluler Bilang Pajak Ponsel Tidak Logis


Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

1 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

3 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

5 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

6 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

6 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

6 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

7 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

11 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

12 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

12 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya