TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengaku tidak khawatir pembayaran utang swasta akan berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia. Menurut dia, pembayaran utang swasta pada semester dua akan lebih rendah dari sebelumnya.
"Yang saya tangkap dari pak Agus (Gubernur Bank Indonesia), semester dua pembayaran utang swasta akan lebih kecil. Sejauh ini managable dan rasanya tidak akan berpengaruh pada cadangan devisa," kata Chatib di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 16 September 2013.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi membenarkan, kebutuhan dolar untuk pembayaran utang luar negeri swasta semakin besar pada paruh kedua tahun ini. "Artinya mereka (swasta) punya uang tapi dalam rupiah dan BI tentu harus keluarkan dolar lebih banyak. Mereka akan beli sesuai rate," katanya.
Adapun total rencana pembayaran utang luar negeri pemerintah, bank sentral dan swasta sepanjang tahun ini sebesar US$ 41,2 miliar, sebesar US$ 12,45 miliar sepanjang Januari - Juni dan sebesar US$ 27,86 miliar sepanjang Juli - Desember.
Besarnya kebutuhan dolar untuk pembayaran utang ini, menurut Sofjan, bakal menciptakan risiko tergerusnya cadangan devisa. Sebagai catatan, cadangan devisa per Agustus 2013 berada di posisi US$ 93 miliar atau anjlok bila dibandingkan periode serupa tahun lalu sekitar US$ 109 miliar.
Tapi Sofjan tak terlalu khawatir swasta bakal gagal bayar utang valas atau harus menunda membayar utangnya. Jika betul-betul ada yang gagal bayar, ia berpendapat seharusnya perusahaan yang jadi debitor dan bank asing yang jadi kreditor menanggung risiko masing-masing.