Djakarta Lloyd Tak Sanggup Lagi Beroperasi

Reporter

Editor

Kamis, 24 November 2011 12:10 WIB

Kapal ojek bermuatan wisatawan bertolak dari Muara Angke menuju Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, Jakarta (29/08). Ribuan wisatawan lokal berwisata Kepulauan Seribu pada H-1 menjelang Lebaran. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kondisi perusahaan pelayaran pemerintah, PT Djakarta Lloyd (Persero), saat ini sangat memprihatinkan. Sejak Februari lalu perusahaan yang didirikan pada 1950 ini tak lagi mendapat penghasilan karena armada kapal yang rusak dan sebagian disita pengadilan.

Dalam keterangan tertulisnya manajemen Djakarta Lloyd mengatakan saat ini ada 5 kapal tipe Palwo Buwono (PB) dan 1 kapal tipe Caraka yang rusak dan perlu biaya perbaikan.

Sedangkan 3 kapal tipe Caraka lainnya disita Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan menunggu proses lelang. Selain itu, gara-gara utang, 5 kapal tipe Caraka lainnya sudah dilelang di Singapura dan sebagian diambil alih PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero).

Karena itu Djakarta Lloyd kini membutuhkan dana sebesar Rp 481 miliar untuk restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan. "Khusus untuk perbaikan kapal perlu Rp 140 miliar," kata Direktur Utama Djakarta Lloyd, Syahril Japarin, Kamis 24 November 2011.

Menurut Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Sumaryanto Widayatin, selain armada, tuntutan hukum dari para kreditor juga sangat membatasi operasional Djakarta Lloyd. Dia mencontohkan tuntutan pailit dari Indover Bank yang sudah sampai tingkat kasasi sejak Februari 2011. "Tapi saat ini belum ada keputusan," kata dia.

Selain itu. kata Sumaryanto, perusahaan itu juga mengalami kelebihan tenaga kerja. Komposisi karyawan darat dan laut tidak optimal. Karyawan pun sulit dikendalikan karena tidak ada kegiatan operasional yang sesuai. "Perusahaan juga tidak mampu membayar hak karyawan," kata dia.

Saat ini total utang perusahaan tercatat sebesar Rp 3,6 triliun, yang terdiri dari utang SLA (subsidiary Loan Agreement) sebesar Rp 2,4 triliun dan utang kepada lebih dari 200 kreditor dan rekanan dari dalam ataupun luar negeri. Perusahaan ini berencana mengusulkan utang dalam bentuk SLA dikonversi menjadi penyertaan modal negara.

EVANA DEWI

Berita terkait

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

6 hari lalu

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.

Baca Selengkapnya

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

31 Januari 2024

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

Serikat Pekerja Indofarma curhat kalau pensiunan mereka belum dibayar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

13 Juni 2022

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

Komisaris BUMN harus bertanggung jawab penuh apabila BUMN merugi

Baca Selengkapnya

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

6 Oktober 2021

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

Tanri Abeng, menyoroti berbagai klausul dalam UU BUMN yang harus kembali dikaji. Salah satunya soal kerugian BUMN dianggap sebagai kerugian negara.

Baca Selengkapnya

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

3 Agustus 2021

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

PT Pertamina (Persero) masuk kategori 500 perusahaan terbesar dunia versi Fortune.

Baca Selengkapnya

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

9 April 2021

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.

Baca Selengkapnya

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

28 Januari 2021

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim membeberkan kondisi perusahaannya di tengah pandemi berhasil mengubah rugi menjadi untung pada tahun 2020.

Baca Selengkapnya

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

29 Agustus 2020

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerugian yang dialami perseroan lebih kecil dibanding perusahaan migas lain yang memiliki aset setara.

Baca Selengkapnya

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

8 Juli 2020

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

PT KAI diperkirakan akan mengalami defisit Rp 3,4 triliun hingga akhir 2020 akibat berkurangnya mobilisasi masyarakat selama pandemi.

Baca Selengkapnya

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

29 Juni 2020

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

Antam mencatat kerugian akibat selisih kurs sepanjang kuartal I 2020.

Baca Selengkapnya