Negara Berkembang Perangi Inflasi

Reporter

Editor

Minggu, 9 Januari 2011 16:54 WIB

TEMPO Interaktif, Brazilia--Inflasi telah menyebar ke seluruh penjuru negara berkembang diseluruh dunia yang merupakan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi global pasca krisis finansial 2008.

Bank sentral Brasil, Rusia, India dan Cina (BRIC) yang merupakan negara dengan pertumbuhan tercepat saat ini menyumbang seperlima dari kegiatan ekonomi global mulai menaikkan suku bunganya dalam beberapa minggu terakhir. Serta melakukan langkah – langkah ektra untuk meredam kenaikan harga, terutama harga makanan. India dan Rusia melarang ekspor bawang dan gandum, dan pemerintah Cina juga telah berjanji akan melakukan kontrol terhadap barang – barang seperti minyak goreng.

Pada hari Jumat lalu pemerintah Brasil mengemukakan bahwa laju inflasi tahun 2010 mencapai 5,9 persen, yang merupakan tercepat dalam enam tahun terakhir. Kemungkinan negara – negara tersebut menaikkan suku bunga akan mendorong inflasi lebih tinggi sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

Yang pasti, tingkat inflasi Brasil masih akan lebih rendah dari hiperinflasi yang dialami pada awal 1990 an. Dan para analis mengatakan bahwa kekhawatiran inflasi spiral yang muncul saat ini terlalu berlebihan, karena laju inflasi saat ini masih dibawah saat sebelum krisis keuangan tahun 2008. Namun, tren inflasi tetap akan membuat para pejabat Cina dan India pusing. Termasuk kekhawatiran bahwa kenaikan harga pangan di sebagian negara – negara miskin dapat membahayakan stabilitas sosial. “Inflasi merupakan salah satu resiko utama tahun ini,” ujar Nickholas Kwan, ekonom dari Standard Chartered di Hong Kong.

Naiknya harga – harga di negara berkembang kontras dengan apa yang terjadi di negara maju seperti di Eropa dan Amerika yang inflasinya sangat rendah, serta penurunan harga di Jepang. Ini merupakan imbas dari pemulihan ekonomi yang terlalu cepat di negara berkembang dibandingkan dengan negara barat.

Pemimpin Brasil dan negara lainnya mengeluhkan keputusan bank sentral AS (The Fed) yang kembali mengguyur likuiditas senilai US$ 600 miliar ke dalam sistem perekonomiannya membuat harga komoditas dan inflasi melonjak seiring melemahnya mata uang dolar AS. Jumat lalu Gubernur The Fed, Ben Bernanke mengatakan besarnya stimulus tidak akan memicu inflasi.

“Pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan bisa menyulut inflasi karena akan mendorong kenaikan permintaan dari rantai pasokan global, membuat ekonomi yang sudah berjalan dalam kapastias penuh menjadi overheating,” paparnya.

“Kami sampai disatu titik dimana kebijakan persyaratan dinegara berkembang akan kewalahan menghadapi kebijakan di negara maju,” ujar ekonom dari Univeristas Cornell Esaw Prasad Shanker, anggota Brooking Institution Brasil menggambarkan tingginya inflasi. Raksasa ekonomi Amerika Selatan ini menjadi salah satu negara dengan suku bunga tertinggi dalam upaya menjaga inflasi ditengah pertumbuhan ekonomi mendekati 7 persen dan meningkatnya belanja negara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tingkat suku bunga 10,75 persen membut Brasil kebanjiran investasi yang bersifat spekulatif dariAS dan Jepang, dimana kebijakan moneternya cukup longgar untuk memacu pertumbuhan. Alhasil, mata uang Brasil, real terhadap dolar AS telah terapersiasi 35 persen sejak 2009, dan membuat ekspornya kurang kompetitif dan membuat produsen lokal juga kalah dengan barang impor.

Untuk menghindari kenaikan suku bunga lebih lanjut, pemerintah Brasil mencoba untuk membatasi kucuran kredit serta meningkatkan cadangan perbankan.

Dinegara berkembang lainya kenaikan harga, terutama bahan pangan dapat berdampak besar. Karena pendapatan yang rendah dihantui oleh mahalnya harga pangan seiring naiknya harga komoditas di pasar internasional. Harga makanan global telah menembus level tertingginya sepanjang sejarah menurut indeks harga pangan Perserikatan Bangsa bangsa.

Inflasi di Cina telah mencapai 5,1 persen pada bulan November lalu yang dipicu oleh melonjaknya harga pangan 11,7 persen.

Harga – harga pangan di India juga telah melonjak 18 persen hingga 25 Desember, meskipun bank sentral India telah menaikkan suku bunganya enam kali sepanjang 2010. Ekonomi India diperkirakan akan tumbuh 8,75 persen sampai akhir tahun yang akan berakhir pada 31 Maret 2011.

Negara berkembang lainnya seperti Peru juga menaikkan suku bunga minggu kemarin, dan Meksiko melaporkan bahwa inflasinya mencapai 4,4 persen melebih perkiraan. Bank sentral Thailand diperkiraan akan menaikkan suku bunganya minggu ini. Korea Selatan juga akan mengeluarkan paket kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga pekan ini.

Laju inflasi Indonesia sepanjang tahun 2010 mencapai hampir 7 persen, yang merupakan level tergingginya dalam 20 bulan terakhir dan melebihi target inflasi dari Bank Indonesia (BI) sebesar 6 persen. Namun, BI belum menaikkan suku bunganya sejak pemulihan ekonomi tahun 2009, karena kenaikan suku bunga justru akan memicu kenaikan harga pangan.

WALL STREET JOURNAL/ VIVA B. K

Berita terkait

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

17 Oktober 2023

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

Inflasi adalah istilah yang merujuk pada kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan. Berikut dampak yang ditimbulkan karena inflasi.

Baca Selengkapnya

Inflasi Mei 2023 4,00 Persen, BPS Catat Biaya Transportasi Penyumbang Terbesar

5 Juni 2023

Inflasi Mei 2023 4,00 Persen, BPS Catat Biaya Transportasi Penyumbang Terbesar

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Mei 2023 mencapai 4,00 persen (year-on-year/yoy) pada Mei 2023.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Tiga Cara Hadapi Inflasi Musuh Dunia, Kemnaker Pastikan BSU Cair Pekan Depan

1 Oktober 2022

Terpopuler Bisnis: Tiga Cara Hadapi Inflasi Musuh Dunia, Kemnaker Pastikan BSU Cair Pekan Depan

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis Jumat kemarin, dimulai dari tingginya inflasi telah menjadi musuh bersama di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Prediksi Inflasi September 1,45 Persen, Indef: Penyebabnya Harga BBM, Pangan dan Angkot Naik

30 September 2022

Prediksi Inflasi September 1,45 Persen, Indef: Penyebabnya Harga BBM, Pangan dan Angkot Naik

Indef memperkirakan tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen pada September 2022 mencapai 1,45 persen secara bulanan (month to month/mtm).

Baca Selengkapnya

The Fed Naikkan Suku Bunga, IHSG Sesi Pertama Ditutup Menguat

16 Juni 2022

The Fed Naikkan Suku Bunga, IHSG Sesi Pertama Ditutup Menguat

IHSG melambung tinggi di sesi pertama perdagangan hari ini di level 7.120,6.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Indonesia Masih Bisa Jaga dan Kendalikan Inflasi

10 Juni 2022

Jokowi Ungkap Indonesia Masih Bisa Jaga dan Kendalikan Inflasi

Jokowi menyebut Indonesia masih dapat mengendalikan inflasi

Baca Selengkapnya

Redam Lonjakan Inflasi, Berapa Angka Ideal Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia?

22 Mei 2022

Redam Lonjakan Inflasi, Berapa Angka Ideal Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia?

Bank Indonesia atau BI harus meredam lonjakan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan.

Baca Selengkapnya

Kemenko Perekonomian Ungkap Kebijakan Redam Dampak Badai Inflasi Global

12 Mei 2022

Kemenko Perekonomian Ungkap Kebijakan Redam Dampak Badai Inflasi Global

Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah telah berancang-ancang mencegah dampak badai inflasi.

Baca Selengkapnya

Saran Ekonom agar Inflasi Indonesia Mencapai Target Bank Indonesia

4 Februari 2022

Saran Ekonom agar Inflasi Indonesia Mencapai Target Bank Indonesia

Nauli Desdiani mengimbau pemerintah agar menaikkan stimulus fiskal dalam rangka mencapai target inflasi.

Baca Selengkapnya

Mendagri : 21 Kabupaten Belum Bentuk Tim Pengendali Inflasi

22 Januari 2018

Mendagri : 21 Kabupaten Belum Bentuk Tim Pengendali Inflasi

21 kabupaten dan kota belum membentuk Tim Pemantauan dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

Baca Selengkapnya