Presiden Minta G-20 Perhatikan Negara Berkembang

Reporter

Editor

Minggu, 27 Juni 2010 05:28 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjabat yangan dengan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper, dalam acara Pertemuan G20 di Totonto. (AP Photo/Jim Young, Pool)
TEMPO Interaktif, Toronto - Presiden Yudhoyono mengatakan, Indonesia akan mendorong negara anggota G-20 lebih memperhatikan kepentingan negara-negara berkembang dalam forum G-20, yang berlangsung pada 26-27 Juni di Toronto, Kanada. Permintaan ini dinilai cukup adil karena setiap negara harus bersedia melakukan sesuatu untuk masyarakat dunia.

Wartawan Tempo Dwi Wiyana
melaporkan, Presiden juga meminta semua negara lebih berhati-hati menjalankan kebijakan ekonomi. Tujuannya agar tidak menambah beban dan krisis seperti yang melanda sejumlah negara Eropa. Kebijakan ekonomi, dari sisi fiskal maupun moneter, yang baik ternyata mampu membawa dunia keluar dari krisis 2008.

Menurut Presiden, krisis keuangan 2008 memberi banyak pelajaran. “Ternyata perekonomian global tidak balance,” katanya. Sebab, ada negara yang punya utang besar, tapi ada juga negara dengan tingkat surplus yang tinggi. Beberapa negara hanya berorientasi ekspor, sementara negara lain justru berorientasi domestik. “Ini tidak aman dan harus diubah,” katanya.

Presiden mengatakan, ke depan, Indonesia bakal lebih berperan mendorong ekonomi global yang adil, berimbang, dan berkelanjutan. Ini dilakukan bersamaan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri hingga mencapai 6-7 persen. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5 persen.

Dalam forum G-20, Indonesia juga mendesak negara-negara maju mengurangi beban utang dan defisit anggaran negara. Defisit merupakan topik utama yang dibahas dalam pertemuan pemimpin G-8 di Huntsville, 220 kilometer utara Toronto. Hasil pertemuan G-8 yang berlangsung pada 25-26 Juni rencananya dibawa ke forum G-20.

Sampai kemarin, negara-negara anggota G-8 masih mencari jalan keluar dari krisis utang karena terbentur perbedaan dalam cara menyelesaikan keuangan mereka dengan dampak minimal terhadap pertumbuhan. Perbedaan ini dikabarkan menyulut perpecahan di G-8, yang dimotori Jerman dan Amerika Serikat. Tapi Kanselir Jerman Angela Merkel menepisnya.

Menurut Angela Merkel, delapan negara maju sepakat menjaga pertumbuhan jangka panjang dan menekankan pentingnya konsolidasi fiskal. Kesepakatan ini diiyakan Amerika Serikat, yang meminta G-8 juga memperhatikan pertumbuhan jangka menengah. “Ini bagian dari penyempitan defisit, terutama untuk jangka menengah,” kata seorang pejabat Amerika yang enggan disebutkan namanya.

Selain membahas defisit, forum G-20 akan membahas soal perbankan setelah Komite Basel, yang beranggotakan gubernur bank sentral seluruh dunia, merevisi Basel III, yang berisi konsesi kepada bank. Basel III merupakan rujukan pelaksanaan manajemen risiko bagi bank, yang digagas pertama kali pada 1974 di Basel, Austria. Rujukan ini berevolusi seiring dengan perkembangan industri perbankan.

Ketua Komite Basel Nout Wellink mengatakan, akan ada perubahan substansi dan waktu dalam penerapan Basel III meski tidak bersifat mendasar.

Reuters | Ant| Rieka Rahadiana | Mutia Resty | Arif F

Berita terkait

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

8 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

9 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

52 hari lalu

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

18 Februari 2024

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Program makan siang gratis bisa berujung pada utang luar negeri, jadwal dan cara mendaftar CPNS 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

17 Februari 2024

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

Ekonom memprediksi, jika program makan siang gratis akan berujung pada penambahan utang luar negeri. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

15 Februari 2024

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

Pasangan Capres dan Cawapres) nomor urut dua Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul di hitung cepat.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

15 Februari 2024

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 naik menjadi US$ 407,1 miliar.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

9 Februari 2024

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

Cadangan devisa Indonesia menurun pada bulan pertama 2024 gara-gara pembayaran utang luar negeri. Masih dua kali lipat dari standar internasional.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

16 Januari 2024

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI per November 2023 sebesar US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun.

Baca Selengkapnya