Pengusaha Indonesia Lebih Doyan Berbisnis dengan Juragan Cina

Reporter

Editor

Selasa, 4 Mei 2010 16:42 WIB

TEMPO/Arif Fadillah
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebagian besar pelaku bisnis ekspor impor Indonesia memilih berbisnis dengan pengusaha Cina. Artinya, saat ini Cina menjadi tujuan utama perdagangan internasional dari Indonesia. "Sebanyak 51 persen pelaku usaha bisnis ekspor impor Indonesia mengaku memiliki bisnis ekspor impor dengan Cina," kata Vincent Sugianto, Head of Trade and Supply Cain HSBC Indonesia di Jakarta, Selasa (4/5).

Pernyataan tersebut terungkap dalam survei HSBC Trade Confidence Monitor yang mengukur tingkat optimisme pelaku perdagangan internasional yang dilakukan sepanjang bulan lalu. Selain itu, HSBC juga mengukur pandangan pelaku perdagangan global terhadap pertumbuhan bisnis ekspor impor selaam enam bulan ke depan.

Survei dilakukan kepada 5.120 pengusaha yang tersebar di 17 negara. Sementara di Indonesia, survei HSBC dilakukan terhadap 300 pengusaha. Para pelaku usaha yang disurvei memiliki omzet usaha Rp 2,5 miliar hingga Rp 1 triliun. Hasil survei HSBC dituangkan dalam bentuk indeks dari 0 sampai 200. Angka 200 merupakan skor tertinggi tingkat optimisme, sedangkan 100 adalah angka netral.

Selain Cina, pelaku Indonesia juga lebih banyak berbisnis dengan pengusaha Asia Tenggara. Berdasarkan survei, 40 persen pengusaha Indonesia memiliki hubungan dagang dengan pengusaha di Asia Tenggara. Sebanyak 25 persen pelaku usaha masih memilih Amerika Serikat dan kanada sebagai negara tujuan ekspor utama. Adapun, negara tujuan perdagangan lainnya adalah Eropa Barat di luar Inggris dan negara Asia lain.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan, Muchtar, mengungkapkan pentingnya penyebaran negara tujuan ekspor Indonesia. "Sehingga tidak bergantung ke negara tujuan ekspor tertentu," kata dia. Jadi, perekonomian tidak akan terpengaruh besar jika terjadi gejolak di pasar tujuan ekspor yang utama.

Berdasar data Kementerian Perdagangan, telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia dari negara tradisional ke negara non-tradisional. Pada periode Januari-Maret 2005, ekspor non minyak dan gas Indonesia ditujukan ke lima negara utama, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Cina, dan Malaysia. Pangsa di kelima negara tujuan ekspor utama mencapai 51 persen terhadap ekspor non migas. Pada 2010 pangsa kelima negara utama tersebut turun menjadi 48 persen.

Hal ini menunjukkan telah terjadi diversifikasi pasar. Pemerintah berharap pangsa ekspor di lima pasar utama terus menurun hingga 43-47 persen selama periode 2010-2014. Sementara, saat ini India dan Korea Selatan juga dipandang sebagai pasar potensial. Pangsa pasar ekspor Indonesia di India dan Korea Selatan mengalami peningkatan masing-masing menjadi 7 persen dan 6 persen.

EKA UTAMI APRILIA

Berita terkait

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

10 hari lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

13 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

22 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

24 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

24 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

24 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

24 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

24 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

25 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

HSBC Luncurkan Platform ASEAN Growth Fund Senilai 1 Miliar USD

50 hari lalu

HSBC Luncurkan Platform ASEAN Growth Fund Senilai 1 Miliar USD

PT Bank HSBC Indonesia meluncurkan platform untuk pengembangan usaha perusaan yang mengincar bisnisnya berkembang di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya