TEMPO Interaktif, Rembang - Sejak organisasi pendidikan dan kebudayaan dunia (UNESCO) menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia, omset penjualan batik di Lasem, Jawa Tengah, meningkat. “Kenaikan omset mencapai lebih dari 20 persen,” ucap Santoso Hartono, Ketua Koperasi Batik Lasem, Kamis (29/10).
Ia memberi contoh ketika mengikuti Gebyar Batik Nusantara di Jakarta beberapa waktu lalu, ia berhasil membukukan omset penjualan Rp 726 juta. Saat menjelang lebaran, ia mampu menjual Rp 35 juta, dan pada Oktober ini sudah meraup Rp 18 juta.
Di sentra batik Lasem terdapat 30 unit usaha batik tradisional. Menurut catatan Kantor Pariwisata Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sebagian usaha ini masih didominasi warga keturunan Cina yang tersebar di Desa Jolotunda, Sumbergirang, Karangturi, Ngemplak, Sodetan, Babagan, Gedongmulyo dan Karas Kepah.
Sekitar 300 perajin batik ini masih menggunakan alat sederhana dan mampu menghasilkan 40 ribu potong kain batik per bulan. Saat ini mereka juga merintis pewarnaan dari yang sebelumnya didatangkan dari India, Cina dan Jepang. “Kami akan melakukan pelatihan pewarnaan," ujar Santoso.
Berkat bantuan Pemerintah Kabupaten Rembang, ia melanjutkan, sebanyak 200 motif batik Lasem telah dipatenkan ke Direktorat Hak Paten Departemen Hukum dan HAM. "Yang sudah turun izinnya sekitar 75 motif,” ucap Sudirman, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Rembang. Untuk setiap motif, biaya hak patennya Rp 1,5 juta diambilkan dari APBD Kabupaten Rembang.