Dana Simpanan Berjangka Nasabah Menurun di September 2024, Presdir BCA Ungkap Alasannya

Kamis, 24 Oktober 2024 19:05 WIB

PresidenDirektur BCA Jahja Setiaatmadja (kedua kiri), Direktur BCA Vera Eve Lim (kanan), dan EVP CorporateCommunication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn (kiri) saat menerima penghargaan Asia's BestCSR di ajang penghargaan 14th Asian Excellence Award 2024 yang diselenggarakan oleh CorporateGovernance Asia.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan penurunan simpanan berjangka terjadi karena tingginya godaan nasabah untuk mengalihkan dana dari deposito.

Berdasarkan data Bank Indonesia, simpanan berjangka September 2024 berjumlah Rp3.120,4 triliun, turun tipis dari bulan sebelumnya yang jumlahnya Rp3.127,9 triliun.

“Bunga deposito di BCA hanya 3 sampai 3,25 persen, di bank lain meski ada special rate, tapi counter rate nggak jauh berbeda,” kata Jahja usai menyampaikan paparan "Kinerja BCA Kuartal III 2024" secara daring, Rabu, 23 Oktober 2024.

Menurutnya, nasabah perbankan tergoda untuk memindahkan dananya ke Surat Berharga Negara (SBN) dengan bunga mencapai 6 persen. Beberapa instrument SBN yang dilirik nasabah di antaranya Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Namun, ia mengatakan bahwa mereka yang berinvestasi di SBN harus siap menempatkan dana untu jangka panjang. Durasi 6 hingga 12 bulan.

Advertising
Advertising

“Padahal deposito yang enam bulan dan setahun saja kurang laku. Orang menaruh di deposito itu (kebanyakan) untuk satu sampai tiga bulan,” ujarnya.

Sehingga, ia optimistis bahwa simpanan berjangka masih akan diminati nasabah yang memiliki kebutuhan jangka pendek. Menurutnya, pilihan akan sangat bergantung pada likuiditas nasabah.

Selanjutnya, ia menegaskan bahwa BCA terus berkomitmen untuk menjadi market maker atau pembantu pemerintah dalam menjual SBN. Ia mengklaim BCA menjadi salah satu penjual SBN terbesar. “Kita bantu apakah pembelinya asing atau lokal,” ungkapnya.

Pada forum tersebut, ia juga menyampaikan capaian BCA hingga triwulan ketiga 2024. Dari sisi pendapatan bunga bersih, BCA mencatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp61,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Pendapatan selain bunga naik 13,5 persen yoy menjadi Rp19,0 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 7,0 persen yoy. Total pendapatan operasional mencapai Rp80,1 triliun, naik 10,4 persen yoy.

Pilihan Editor: IMF Sebut Pertumbuhan Ekonomi 5,1 Persen, Bos BCA: Bisa 8 Persen seperti Target Prabowo tapi Ada Syaratnya

Berita terkait

Bos BCA Anggap Kabinet Gemuk Prabowo Membuat Masing-Masing Menteri Lebih Fokus

8 jam lalu

Bos BCA Anggap Kabinet Gemuk Prabowo Membuat Masing-Masing Menteri Lebih Fokus

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja, buka sura soal Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Terkini: Perusahaan Tekstil Legendaris Sritex Akhirnya Dinyatakan Pailit, Profil Eks CEO Investree Adrian Gunadi yang Diburu OJK

10 jam lalu

Terkini: Perusahaan Tekstil Legendaris Sritex Akhirnya Dinyatakan Pailit, Profil Eks CEO Investree Adrian Gunadi yang Diburu OJK

Pengadilan Niaga Kota Semarang memutus pailit PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex. Pengadilan memutus pailit setelah mengabulkan permohonan kreditur

Baca Selengkapnya

IMF Sebut Pertumbuhan Ekonomi 5,1 Persen, Bos BCA: Bisa 8 Persen seperti Target Prabowo tapi Ada Syaratnya

12 jam lalu

IMF Sebut Pertumbuhan Ekonomi 5,1 Persen, Bos BCA: Bisa 8 Persen seperti Target Prabowo tapi Ada Syaratnya

Bos BCA mengatakan, pertumbuhan sebesar 8 persen seperti target Prabowo masih bisa tercapai asalkan daya beli masyarakat ditingkatkan

Baca Selengkapnya

Bos BCA Blak-blakan soal Sosok Sri Mulyani dan 3 Wamenkeu: Meyakinkan Investor untuk Tidak Sembarang Action

13 jam lalu

Bos BCA Blak-blakan soal Sosok Sri Mulyani dan 3 Wamenkeu: Meyakinkan Investor untuk Tidak Sembarang Action

Direktur Utama BCA berpendapat keputusan Prabowo mempertahankan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan membuat investor lebih yakin untuk mempertahankan modal di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Ingatkan Risiko Praktik Gesek Tunai Kartu Kredit: Rawan Pencurian Data

2 hari lalu

Bank Danamon Ingatkan Risiko Praktik Gesek Tunai Kartu Kredit: Rawan Pencurian Data

PT Bank Danamon Indonesia Tbk. mengingatkan agar nasabah menghindari praktik gesek tunai atau gestun yang melanggar hukum.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Dua Politisi Top Lulus SKSG UI tapi Bahlil Lebih Disorot Dibanding Hasto, Sri Mulyani akan Tambah Kuota Rumah KPR Masyarakat Berpenghasilan Rendah

5 hari lalu

Terpopuler: Dua Politisi Top Lulus SKSG UI tapi Bahlil Lebih Disorot Dibanding Hasto, Sri Mulyani akan Tambah Kuota Rumah KPR Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Dua politisi top sama-sama meraih gelar doktor di Sekolah Kajian Strategic dan Global (SKSG) UI, Bahlil Lahadila dan Hasto Kristiyanto.

Baca Selengkapnya

BNI Ingatkan Pentingnya Perlindungan Data Pribadi dan Perlindungan Konsumen

7 hari lalu

BNI Ingatkan Pentingnya Perlindungan Data Pribadi dan Perlindungan Konsumen

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI proaktif melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya perlindungan data pribadi dan perlind

Baca Selengkapnya

Minat Investasi Masyarakat Meningkat 35 Persen, BCA Buka Peluang Berinvestasi di Pasar India

12 hari lalu

Minat Investasi Masyarakat Meningkat 35 Persen, BCA Buka Peluang Berinvestasi di Pasar India

BCA membuka peluang nasabah untuk berinvestasi di pasar India lewat reksadana USD.

Baca Selengkapnya

Dugaan Korupsi Kredit BNI Jember Senilai Rp125 Miliar, Manajemen: Terungkap Atas Laporan Kami

12 hari lalu

Dugaan Korupsi Kredit BNI Jember Senilai Rp125 Miliar, Manajemen: Terungkap Atas Laporan Kami

BNI mengapresiasi langkah penyidik Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi.

Baca Selengkapnya

Deflasi Lima Bulan Beruntun, Bagaimana Dampaknya ke Kredit Macet Perbankan?

13 hari lalu

Deflasi Lima Bulan Beruntun, Bagaimana Dampaknya ke Kredit Macet Perbankan?

Meskipun deflasi terjadi lima beruntun di Indonesia, angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di perbankan masih cukup terjaga.

Baca Selengkapnya