Peneliti BRIN: Siaga Bencana Sudah Jadi Budaya Nenek Moyang Kita

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Sabtu, 31 Agustus 2024 15:02 WIB

Foto udara menggambarkan masjid terlihat utuh di antara bekas bangunan di sekitarnya yang rata dengan tanah setelah tersapu badai tsunami di Lhok Nga, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Selasa, 4 Januari 2005. Dok.TEMPO/ Hariyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menyebutkan budaya siaga bencana telah ada sejak zaman nenek moyang tinggal di wilayah Nusantara.

Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2024, Nuraini mengatakan, hal tersebut dibuktikan oleh adanya berbagai istilah lokal dalam menamai fenomena kebencanaan tertentu, seperti lindhu di Jawa yang berarti gempa, atau oni di Mentawai, Sumatera Barat, yang berarti gelombang tsunami.

"Itu yang harus kita gunakan dan jadi kultur kita, karena ini bukan hal baru sebetulnya. Nenek moyang kita sudah ada budaya hidup dalam dinamika alam, ada bahasa lokal untuk gempa dan tsunami," katanya.

Nuraini menilai adanya budaya siaga bencana tersebut merupakan proses adaptasi masyarakat terhadap bencana, karena Indonesia berada di wilayah yang dinamis, berbentuk kepulauan, dan berada di pertemuan lempeng-lempeng bumi.

Di wilayah Bayah, Banten, katanya, terdapat cerita kearifan lokal yang dtuturkan secara turun temurun, di mana ada kisah bahwa Bayah akan di-kumbah (dicuci) dengan gelombang, kemudian harus bergerak ke wilayah Kiarapayung.

"Ternyata, wilayah itu memang wilayah yang relatif lebih tinggi dan aman dari tsunami," ujarnya.

Nuraini mengemukakan adanya kebiasaan yang diturunkan oleh para sesepuh saat menghadapi bencana alam, seperti dengan memperhatikan perilaku satwa yang menjadi aneh menjelang terjadinya bencana alam. Seperti satwa yang tiba-tiba bergerak dari dataran tinggi ke rendah saat akan terjadi erupsi gunung berapi.

Menurut dia, hal tersebut merupakan upaya yang harus dilestarikan oleh masyarakat, sebagai upaya sadar bencana, sehingga dapat meminimalisasi risiko kebencanaan dan menyelamatkan lebih banyak nyawa jika terjadi bencana alam.

"Sejak zaman nenek moyang kita ini ada kulturnya, maka jangan sampai terkikis. Kita ini tinggal di daerah yang dinamis, berada di tengah-tengah pertemuan lempeng bumi. Megathrust pasti ada, tetapi kita bisa kok beradaptasi. Jadikan itu budaya, itu yang perlu kita internalisasi," tuturnya.

Gempa Megathrust Tidak Dapat Diprediksi Waktunya

Dalam bagian lain penjelasannya, Nuraini Rahma Hanifa mengatakan tidak ada waktu pasti soal kapan gempa Megathrust terjadi di Indonesia atau di bagian Bumi yang lain.

"Jika ada informasi tentang tanggal, bulan, dan tahun kapan gempa akan terjadi maka bisa dipastikan itu hoaks, tapi kalau peristiwa Megathrust memang benar ada. Bisa terjadi, kapan? mau lima menit lagi, 100 tahun lagi, itu bisa terjadi," kata Nuraini.

Meskipun belum dapat diprediksi secara spesifik, Nuraini memaparkan bencana gempa besar seperti Megathrust bisa terjadi lagi di waktu yang akan datang, karena bencana tersebut pernah ada di wilayah Indonesia pada zaman dahulu.

Adapun lokasi bencana ini, diprakirakan bisa terjadi di sebelah barat Pulau Sumatera hingga selatan Pulau Jawa, mengingat daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia yang rawan akan guncangan.

Nuraini memaparkan adanya siklus tertentu pada gempa-gempa besar, seperti gempa Megathrust. Ia menyebut semakin besar gempanya, maka akan semakin lama juga siklusnya.

Menurut dia, gempa besar yang melanda Aceh pada 2004 memiliki siklus hingga 600 tahun sekali. Meski demikian, siklus tersebut hanya berlaku di titik gempa yang sama, setiap titik memiliki siklus gempanya masing-masing.

"Pergerakan lempeng itu bisa kita ukur, besar energi juga, tapi bagaimana caranya dilepaskan kita gak tahu. Jadi bisa saja dilepaskan seperti gempa Pangandaran yang (kekuatannya) kecil-kecil, bisa juga besar seperti gempa Aceh," ujarnya.

Nuraini mengatakan, masing-masing tempat juga memiliki pergeseran. Sebagaimana Pulau Jawa yang memiliki potensi pergeseran lempeng bumi rata-rata sebesar 6cm per tahun, dengan siklus gempa yang diprakirakan terjadi setiap 400-600 tahun sekali, serta potensi pergeseran lempeng yang bisa dikeluarkan secara bertahap, maupun secara sporadis.

"Kalau 400 tahun dikali 6cm maka 24m ya, kalau 24m itu dia mau gerak sekaligus, kita sudah menghitung kita mendapatkan angka (potensi gempa) pada skala 8,8 Magnitudo, itu kalau satu segmen Selat Sunda. Tapi kalau satu segmen Pulau Jawa, maka dia berada pada 9 Magnitudo, mirip seperti gempa Aceh dan Jepang," katanya.

Namun demikian, dengan kekuatan gempa yang sama seperti di Aceh, Nuraini menyoroti gempa dan tsunami di Tohoku, Jepang, pada 2011, memiliki korban jiwa yang lebih sedikit, yaitu 17 ribu jiwa, sekitar 10 persen dari korban jiwa yang ada di Aceh.

Hal ini karena mitigasi bencana yang tepat, sehingga dapat mengurangi risiko kebencanaan untuk dapat menyelamatkan nyawa lebih banyak lagi jika terjadi gempa.

Pilihan Editor Kelas Menengah Indonesia Rentan Miskin, Jokowi: Semua Negara Sama

Berita terkait

Ada Puluhan Gempa Susulan di Bandung, Ratusan Rumah Rusak Hingga Garut

1 jam lalu

Ada Puluhan Gempa Susulan di Bandung, Ratusan Rumah Rusak Hingga Garut

Hingga Rabu sore pukul 15.35 WIB, gempa susulan sudah terjadi sebanyak 24 kali.

Baca Selengkapnya

Tinjau Lokasi Terdampak Gempa, Bey: Jangan Kembali ke Rumah Dulu, Ada 26 Gempa Susulan

1 jam lalu

Tinjau Lokasi Terdampak Gempa, Bey: Jangan Kembali ke Rumah Dulu, Ada 26 Gempa Susulan

Gempa mengakibatkan ratusan rumah dan puluhan bangunan rusak yang tersebar di Kabupaten Bandung, Garut, dan Kabupaten Bandung Barat.

Baca Selengkapnya

Serangan Drone Ukraina ke Rusia Menimbulkan Bola Api dan Getaran Sekuat Gempa

1 jam lalu

Serangan Drone Ukraina ke Rusia Menimbulkan Bola Api dan Getaran Sekuat Gempa

Serangan drone Ukraina dalam skala besar yang menyerang Rusia telah memicu ledakan besar seperti kekuatan gempa bumi

Baca Selengkapnya

Gempa Bandung: Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana, Whoosh Kembali Beroperasi

2 jam lalu

Gempa Bandung: Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana, Whoosh Kembali Beroperasi

Pemerintah Kabupaten Bandung dan Garut menetapkan status tanggap darurat bencana akibat gempa M 5.0, Rabu, sementara Whoosh bisa beroperasi lagi.

Baca Selengkapnya

Dosen ITB Sangsi Ledakan Pager di Lebanon dari Baterai dan Gempa Bandung Raya Runtuhkan Bangunan di Top 3 Tekno

2 jam lalu

Dosen ITB Sangsi Ledakan Pager di Lebanon dari Baterai dan Gempa Bandung Raya Runtuhkan Bangunan di Top 3 Tekno

Topik tentang dosen ITB Adi Indrayanto sangsi baterai sebagai penyebab ledakan massal pager di Lebanon menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

4 jam lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

Satu Siswa SD Dicatat Sebagai Korban Tewas Gempa di Kabupaten Bandung Hari Ini

10 jam lalu

Satu Siswa SD Dicatat Sebagai Korban Tewas Gempa di Kabupaten Bandung Hari Ini

Ratusan rumah dan puluhan bangunan rusak dampak gempa hari ini tersebar di Kabupaten Bandung, Garut, dan Kabupaten Bandung Barat.

Baca Selengkapnya

Gempa M4,9 Sebabkan 81 Orang di Bandung dan 1 Orang di Garut Terluka, Merusak Total 700 Rumah

14 jam lalu

Gempa M4,9 Sebabkan 81 Orang di Bandung dan 1 Orang di Garut Terluka, Merusak Total 700 Rumah

BMKG mencatat tiga gempa masih bisa dirasakan di wilayah Kabupaten Bandung dan Garut pasca-gempa M4,9 pada pukul 09.41 WIB.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Sebut Gempa di Kabupaten Bandung Akibat Aktivitas Sesar Aktif

16 jam lalu

Badan Geologi Sebut Gempa di Kabupaten Bandung Akibat Aktivitas Sesar Aktif

Kepala Badan Geologi M. Wafid menyatakan, gempa bumi di Kabupaten Bandung hari ini akibat aktivitas sesar aktif.

Baca Selengkapnya

Gempa Bandung: 82 Cedera, 800 Bangunan Rusak 14 Jadwal Kereta Whoosh Dibatalkan

16 jam lalu

Gempa Bandung: 82 Cedera, 800 Bangunan Rusak 14 Jadwal Kereta Whoosh Dibatalkan

Gempa Bandung berkekuatan M 5.0 menyebabkan 82 orang luka-luka, 700 bangunan rusak, 14 jadwal Whoosh dibatalkan, dan ganggu 11 perjalanan kereta

Baca Selengkapnya