WHO Sebut Cacar Monyet bukan Covid Baru, Tak Perlu Vaksinasi Massal

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 21 Agustus 2024 11:00 WIB

Cacar monyet. WHO

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet (monkey pox/Mpox) bukan lah COVID baru meskipun menyebutnya sebagai darurat kesehatan yang perlu menjadi perhatian internasional.

"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade II, yang memicu wabah tahun 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, Senin, 19 Agustus 2024.

"Berdasarkan apa yang kami ketahui, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks."

Menurut WHO, salah satu tujuan Pernyataan Darurat Kesehatan Global adalah agar semua negara waspada dan siap jika ada kasus cacar monyet yang masuk ke wilayah mereka.

"Kami tahu cara mengendalikan Mpox, termasuk di kawasan Eropa, mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.

WHO mengatakan di situs resminya bahwa dari kasus yang dikonfirmasi di wilayah Afrika pada 2024, sebanyak 95 persen dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang sedang mencatat peningkatan kasus Mpox.

Ada lebih dari 15.000 kasus yang sesuai secara klinis dan lebih dari 500 kematian dilaporkan, yang sudah melebihi jumlah kasus di Republik Demokratik Kongo pada 2023.

Tahun ini, kasus Mpox, yang terkait dengan satu varian Mpox, telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sementara kasus yang terkait dengan varian lain telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.

Pada 15 Agustus lalu, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang melaporkan varian Mpox Clade 1b pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika tengah.

Kluge mengatakan wilayah Eropa sekarang mencatat sekitar 100 kasus Mpox baru setiap bulan.

"Meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama," katanya.

"Orang-orang yang berinteraksi erat dengan seseorang yang menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual. Namun, anggota rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," ujar Kluge, menambahkan.

Tidak Perlu Vaksinasi Massal

Meski terjadi peningkatan kasus, WHO merekomendasikan vaksinasi terarah dalam upaya melawan cacar jenis Mpox, alih-alih vaksinasi massal di wilayah di mana virus tersebut terdeteksi. Alasannya, karena menghentikan penyebaran Mpox lebih mudah daripada menangani COVID-19.

“Vaksinasi massal tidak direkomendasikan; ini sangat penting. Vaksinasi harus benar-benar terarah di tempat di mana virus menyebar,” kata juru bicara WHO Margaret Harris dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu.

Dia mencatat bahwa penyebaran cepat virus ini telah menarik perhatian global dan mengatakan bahwa virus mpox memiliki dua jenis genetik: Clade 1 dan Clade 2.

Harris menyatakan keprihatinan atas jenis baru virus ini, Clade 1b, yang muncul tahun lalu, dengan mengatakan, “Inilah yang kami khawatirkan karena virus ini menyebar sangat cepat. Ini juga memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak.”

Advertising
Advertising

Dengan menekankan bahwa salah satu kekhawatiran utama adalah penyebaran virus yang cepat, dia mengatakan bahwa virus ini menyebabkan lebih banyak kasus pada 2024 dibandingkan dengan 2023, dan bahwa tahun lalu telah mencatat lebih banyak kasus Mpox daripada sebelumnya.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa untuk sementara jumlah kasus mpox meningkat di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Virus tersebut juga menyebar ke Burundi, Rwanda, Uganda, dan Kenya.

“Kami melihat tingkat kematian yang lebih tinggi, sekitar 3 persen dan di kelompok yang sangat rentan, seperti anak-anak kecil, lebih tinggi dari itu," katanya.

"Kami sangat khawatir tentang dampaknya terhadap anak-anak kecil. Sekarang penting untuk memahami bahwa populasi yang terkena dampak penyebaran ini adalah orang-orang yang terlantar akibat konflik. Mereka berada dalam situasi yang sangat genting,” katanya.

Menunjukkan bahwa orang dengan infeksi cacar dan HIV lebih mungkin mengalami bentuk Mpox yang lebih parah, Harris mengatakan bahwa mereka memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

Dia mencatat bahwa tidak ada pengobatan khusus untuk virus mpox dan tidak ada obat antivirus untuk melawannya, tetapi pengobatan simptomatik efektif.

Berikutnya: Ciri Terkena Mpox dan Cara Mengatasinya <!--more-->

Juru bicara WHO mengatakan bahwa orang yang terinfeksi penyakit ini akan mengembangkan ruam kulit, menekankan perlunya pengobatan untuk mencegah infeksi lainnya.

Dia menyarankan bahwa mereka yang terinfeksi virus Mpox akan mengalami demam dan membutuhkan obat penurun panas serta pereda nyeri.

Dia menekankan pentingnya pasien menerima perawatan medis dan dapat mengisolasi diri selama proses ini.

Dengan mencatat bahwa vaksin yang dikembangkan untuk cacar efektif melawan mpox, Harris mengatakan: “Vaksin ini direkomendasikan untuk orang-orang yang diketahui telah terpapar".

Disarankan mereka mendapatkannya dalam waktu empat hari setelah terpapar pada seseorang yang diketahui mengidap mpox.

“Kelompok lain yang harus divaksinasi adalah petugas kesehatan di daerah di mana terdapat pandemi yang sedang berlangsung, untuk melindungi mereka. Ada beberapa kelompok lain yang berisiko lebih besar,” paparnya.

Eropa Utara, AS, dan Jepang memiliki sumber daya yang baik untuk stok vaksin, katanya, menambahkan bahwa mereka saat ini bekerja sama erat dengan negara-negara yang memiliki stok dan produsen untuk meningkatkan produksi dan memastikan bahwa stok ini mencapai wilayah yang membutuhkan.

Dia mengatakan Mpox adalah virus aktif yang dapat dengan mudah dihentikan, selama mereka yang terkena diidentifikasi, kontak yang baik dengan mereka dijaga, dan langkah-langkah isolasi diterapkan.

Dia menegaskan bahwa tidak perlu lockdown karena wabah ini, tetapi diperlukan pengawasan yang baik untuk menentukan siapa yang sakit dan diagnostik laboratorium yang baik.

Harris menyarankan orang agar tidak khawatir seolah-olah menghadapi situasi seperti COVID-19, dan menekankan bahwa virus ini berbeda dan menyebar dengan cara yang berbeda.

“COVID-19 menyebar terutama melalui udara. Yang satu ini menyebar terutama melalui kontak fisik yang sangat dekat. Menghentikan semua hal yang Anda lakukan untuk kontak fisik sebenarnya lebih mudah daripada ketika Anda memiliki sesuatu yang menyebar melalui udara,” katanya.

“Namun, kami tidak ingin ini menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandemi, karena, sekali lagi, itu akan memberikan tekanan pada sistem kesehatan. Itu adalah alasan untuk menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional untuk mencegah pandemi.

“Tentu saja, itulah sebabnya kami memiliki perjanjian pandemi yang sedang kami selesaikan dan coba sepakati sehingga setiap kali kami menghadapi situasi seperti itu, kami memiliki sistem yang dapat bekerja dengan sangat cepat dan menghentikan ancaman menjadi pandemi,” tambahnya.

Harris menunjukkan bahwa Pakistan dan Swedia telah melaporkan kasus mpox, menyoroti pentingnya kedua negara ini dalam mendeteksi dan melaporkan kasus dengan cepat.

Dia juga menekankan pentingnya semua negara melaporkan kasus secara transparan, karena transparansi ini berkontribusi pada perjuangan melawan penyakit tersebut.

ANTARA | ANADOLU

Pilihan Editor Menteri Basuki Sebut Hidup di IKN Tambah Umur 10 Tahun karena Alam Terjaga, Forest Watch: 22 Ribu Hutan Dibabat

Berita terkait

WHO Mengutuk Ulah Israel Tembaki Konvoi Tim Kesehatan PBB di Jalur Gaza

3 jam lalu

WHO Mengutuk Ulah Israel Tembaki Konvoi Tim Kesehatan PBB di Jalur Gaza

Tedros Adhanom Ghebreyesus mengutuk insiden di mana tank Israel menembaki konvoi yang dipimpin WHO di Gaza

Baca Selengkapnya

Malaysia Laporkan Kasus Mpox Baru, Pasien Tidak ke Luar Negeri

1 hari lalu

Malaysia Laporkan Kasus Mpox Baru, Pasien Tidak ke Luar Negeri

Mpox yang dipicu oleh virus cacar monyet ditemukan lagi di Malaysia. Seperti apa gejalanya?

Baca Selengkapnya

Epidemiolog UI : Penyakit Mpox Bisa Sembuh dalam 4 Pekan

4 hari lalu

Epidemiolog UI : Penyakit Mpox Bisa Sembuh dalam 4 Pekan

Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif menyatakan Mpox bisa sembuh sendiri dalam hitungan minggu.

Baca Selengkapnya

WHO Setujui Vaksin MPOX Pertama untuk Orang Dewasa

4 hari lalu

WHO Setujui Vaksin MPOX Pertama untuk Orang Dewasa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan persetujuannya untuk vaksin MVA-BN sebagai vaksin mpox pertama dalam daftar prakualifikasi

Baca Selengkapnya

PBB Umumkan Tahap Pertama Vaksinasi Polio di Gaza Sudah Tuntas

4 hari lalu

PBB Umumkan Tahap Pertama Vaksinasi Polio di Gaza Sudah Tuntas

PBB dan mitra-mitranya telah memberikan vaksinasi polio kepada lebih dari 560.000 anak berusia di bawah 10 tahun di Gaza untuk tahap pertama

Baca Selengkapnya

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

5 hari lalu

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan pemerintah tak hanya mengimpor vaksin itu.

Baca Selengkapnya

Dermatolog: Cepat Tertangani dan Deteksi Dini, Kunci Sembuh dari Mpox

5 hari lalu

Dermatolog: Cepat Tertangani dan Deteksi Dini, Kunci Sembuh dari Mpox

Deteksi dini dan penanganan cepat terhadap gejala Mpox memungkinkan kesembuhan penderita, jadi tak perlu khawatir berlebihan.

Baca Selengkapnya

Penggunaan Darurat Tiga Vaksin Mpox Telah Disetujui WHO, Seberapa Manjur Melawan Virus Mpox?

6 hari lalu

Penggunaan Darurat Tiga Vaksin Mpox Telah Disetujui WHO, Seberapa Manjur Melawan Virus Mpox?

Kementerian Kesehatan menyebut WHO telah menyetujui penggunaan darurat vaksin Mpox. Sejumlah studi terbaru juga telah menguji efikasinya.

Baca Selengkapnya

Bolehkah Pasien Cacar Monyet Mandi? Ini Kata Dokter Kulit

6 hari lalu

Bolehkah Pasien Cacar Monyet Mandi? Ini Kata Dokter Kulit

Pasien cacar monyet tetap perlu mandi dan menggunakan sabun yang dapat memberi kelembapan pada kulit. Berikut saran dokter kulit.

Baca Selengkapnya

Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Hindari Wartawan Saat Keluar dari KPK, Diperiksa Kasus Pengadaan APD Covid-19

6 hari lalu

Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Hindari Wartawan Saat Keluar dari KPK, Diperiksa Kasus Pengadaan APD Covid-19

Sebelumnya, sudah ada banyak nama yang dipanggil KPK untuk diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi APD Covid-19

Baca Selengkapnya