Kemenparekraf Soroti Darurat Sampah di Yogyakarta, Berdampak Buruk terhadap Pariwisata

Reporter

Nandito Putra

Editor

Aisha Shaidra

Senin, 12 Agustus 2024 17:15 WIB

Tumpukam sampah di tengah pembatas jalan Affandi atau Gejayan Kota Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyoroti persoalan sampah yang tidak terkelola di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Adyatama Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya mengatakan persoalan sampah dan lingkungan akan berdampak buruk terhadap sektor pariwisata Yogyakarta.

Nia mendorong pemerintah daerah segera membereskan persoalan sampah yang tidak terkelola tersebut. "Pariwisata itu esensinya adalah kenyamanan, dan kenyamanan itu salah satunya, ya, harus bersih," kata Nia saat menggelar konferensi pers secara daring, Senin, 12 Agustus 2024.

Nia mengakui maraknya sampah yang dibuang di pinggir jalan di Yogyakarta dalam beberapa bulan terakhir menjadi sorotan. Dia menyebut Yogyakarta darurat sampah juga viral di media sosial. "Kenapa kami mengangkat isu ini, karena ini cukup viral dan pengelolaan sampah ini sangat penting untuk pariwisata," ujarnya.

Penjabat Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan sampah yang tidak terkelola di DIY bermula ketika pemerintah menutup TPA Piyungan yang sudah overkapasitas pada akhir Mei 2024. Saat ini, kata dia, pengelolaan sampah diserahkan kepada kota/kabupaten lewat Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu atau TPST.

Singgih mengakui pemerintah kota dan kabupaten di Yogyakarta belum mampu mengelola sampah secara mandiri karena keterbatasan infrastruktur. "Kota/kabupaten belum siap. Apalagi kota Yogyakarta yang luas wilayahnya 32,8 KM2, padat penduduk, ini kalau mengelola sampah sendiri akan kesulitan karena lahannya tidak ada," kata Singgih.

Advertising
Advertising

Singgih mengatakan Kota Yogyakarta menghasilkan 260 ton sampah dalam sehari. Namun yang terkelola dan bisa diangkut ke TPST baru 110 ton. Sisanya menumpuk di depo-depo pembuangan dan bertebaran di sejumlah ruas jalan di Yogyakarta.

Dia mengatakan saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta dan pelaku industri pariwisata terus mengupayakan pengurangan sampah. "Yang sudah berhasil mengolah sampah di industri pariwisata itu di Phoenix Hotel, itu sampah diolah selesai di hotel itu dengan teknologi sangat sederhana," kata Singgih.

Singgih mengklaim telah melibatkan kampung-kampung wisata, pelaku industri dan pengelola hotel untuk mengelola sampah secara mandiri. Dia menyebut pemerintah juga berupaya melobi badan usaha untuk memberikan dana CSR untuk pengelolaan sampah. "Bahkan kami ketuk pintu langsung ke CSR, jadi ada salah satu kampung wisata yang diberi CSR oleh Phoenix Hotel. Upaya ini kemudian juga direplikasi ke hotel-hotel lainnya," ujar Singgih.

Rp 20 Miliar untuk Kelola Sampah

Pemerintah Kota Yogyakarta telah menghabiskan anggaran hingga puluhan miliar rupiah pasca pengelolalan sampah dilakukan secara terdesentralisasi oleh kota/kabupaten. "Sekarang untuk menangani sampah butuh anggaran lebih besar," kata Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, Kamis, 8 Agustus 2024.

Aman merinci, untuk pengelolaan 200 ton sampah kini biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan sudah mencapai sekitar Rp 20 miliar dari sebelumnya hanya sekitar Rp 4 miliar. Hal ini disebabkan naiknya biaya pengelolaan sampah yang dulu dilakukan di TPA Piyungan dengan sistem open dumping berkisar Rp 78 ribu per ton lalu melonjak menjadi Rp 450 ribu per ton.

Meski ditutup permanen, sebagian area TPA Piyungan kembali difungsikan untuk menampung sampah sembari rampungnya infrastruktur baru pengolahan sampah di kabupaten/kota di Yogyakarta.

Bengkaknya biaya pengolahan sampah itu tak sebanding dengan pemasukan anggaran dari retribusi sampah Kota Yogyakarta. Aman mengatakan retribusi sampah per ton hanya Rp 3 miliar. “Target retribusi dengan sistem desentralisasi sampah hanya Rp. 6 miliar, tetapi belanja untuk sampah mencapai Rp 20 miliar,” ujar Aman.

Anggota Komisi C DPRD Kota Yogyakarta, Sigit Wicaksono, mengkritisi besarnya anggaran pengelolaan sampah tersebut. Sebab dia melihat masih banyak sampah bertebaran dan menumpuk di pinggir jalan. "Saat ini depo-depo masih penuh, pembuangan sampah liar masih marak, anggaran yang ada bisa dioptimalkan ke situ," kata dia.

Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan editor: Wamentan Luncurkan Food Estate Mini di Desa Sena Deliserdang Sumut

Berita terkait

Taman Pintar - Yogyakomtek Gelar Kompetisi Robotik Seru Akhir Pekan Ini di Jogja Expo Center

13 jam lalu

Taman Pintar - Yogyakomtek Gelar Kompetisi Robotik Seru Akhir Pekan Ini di Jogja Expo Center

Wisatawan bisa melihat kontes robot, pameran teknologi, hingga e-sport di Yogyakomtek Taman Pintar Yogyakarta akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Kontes Robot Terbang Indonesia di Gunungkidul, Ini Tantangan yang Dihadapi Peserta

19 jam lalu

Kontes Robot Terbang Indonesia di Gunungkidul, Ini Tantangan yang Dihadapi Peserta

Tim dari UNS Surakarta, Politeknik Negeri Bali, ITS Surabaya, dan Universitas Hasyim Asy'ari Jombang juarai Kontes Robot Terbang Indonesia 2024.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Dorong Kota Palembang Jadi Kota Kreatif untuk Sokong Kemajuan UMKM

1 hari lalu

Sandiaga Uno Dorong Kota Palembang Jadi Kota Kreatif untuk Sokong Kemajuan UMKM

Kota kreatif merupakan salah satu terobosan yang akan dilakukan Kemenparekraf bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palembang.

Baca Selengkapnya

Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

2 hari lalu

Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

Sebuah bus wisata menabrak pengendara motor hingga tewas, saat libur panjang Maulid Nabi di Kota Yogyakarta, Minggu 15 September 2024.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

2 hari lalu

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Ribuan wisatawan memadati jalannya prosesi Garebeg atau Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta Senin 16 September 2024.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

3 hari lalu

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

Libur panjang akhir pekan Maulid Nabi berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

3 hari lalu

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

Para pelaku perhotelan Yogyakarta berharap bisa menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.

Baca Selengkapnya

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

3 hari lalu

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

Sebelum Grebeg Maulud ini digelar, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi awalan mulai dari Miyos Gangsa, Numplak Wajik, dan Kondur Gangsa.

Baca Selengkapnya

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

4 hari lalu

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.

Baca Selengkapnya

Menebus Dosa Kepada Laut

4 hari lalu

Menebus Dosa Kepada Laut

Kelompok nelayan di Karawang menggunakan rangkaian ban bekas untuk menjebak sampah plastik di laut.

Baca Selengkapnya