Akses ke Sumber Energi Terbatas, 8,2 Juta Rumah Tangga Masih Gunakan Kayu Bakar untuk Memasak

Selasa, 6 Agustus 2024 20:06 WIB

Warga memotong kayu bakar untuk persedian bahan bakar memasak di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 3 Mei 2016. Padi yang sudah dipanen tidak langsung ditumbuk. Padi tersebut kemudian dikumpulkan di ruang terbuka, kemudian para petani melakukan upacara ngaleseuhan, yakni upacara pembacaan doa sebagai bentuk ucapan syukur kepada sang pencipta sebelum padi dinikmati oleh masyarakat. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Pembangunan Nasional mencatat hingga saat ini sekitar 8,2 juta rumah tangga di Indonesia masih mengandalkan kayu bakar sebagai sumber energi untuk memasak.

Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas Maliki Indra mengatakan hal itu menandakan adanya ketimpangan akses energi di kalangan rumah tangga miskin. Maliki berkata meski tren penggunaan kayu bakar makin berkurang seiring peningkatan kesejahteraan rumah tangga, kayu bakar masih menjadi pilihan utama karena aksesnya yang mudah.

Maliki mengatakan rumah tangga yang menggunakan kayu bakar untuk memasak diperkirakan tidak berkurang bila pemerintah tidak menyediakan akses energi bersih. Bahkan, kata dia, saat ini masih ada sekitar 1 juta jiwa yang belum merasakan manfaat listrik secara maksimal.

"Penggunaan kayu bakar masih banyak, terutama kalau kita klasifikasi kesejahteraan hampir sekitar 50 persen masyarakat termiskin menggunakan kayu bakar atau setara dengan 8 juta rumah tangga," katanya saat menjadi pembicara dalam rangkaian kegiatan penandatanganan kerjasama antara Bappenas dan WRI Indonesia dalam penyusunan indikator transisi energi berkeadilan di Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2024

Berdasarkan data Bappenas, penggunaan kayu bakar didominasi oleh keluarga kategori desil I dengan dengan persentase 26,61 penduduk atau 2.181.568 rumah tangga. Adapun provinsi dengan penggunaan kayu bakar terbanyak yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur.

Advertising
Advertising

Dia mengatakan transisi energi berkeadilan yang menjadi target dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 akan memprioritaskan kelompok masyarakat miskin. "Meski jumlahnya minoritas, ini harus diselesaikan jika kita bicara transisi berkeadilan," ujarnya.

Ekonom Universitas Gadjah Mada Maxensius Tri Sambodo dalam tulisannya di The Conversation mengatakan pemerintah menargetkan elektrifikasi 100 persen bisa dicapai pada 2020.

Namun Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), baru DKI Jakarta dan Bali yang mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. Adapun secara nasional, persentase rumah tangga yang terakses listrik yaitu 99,78 persen.

Menurut Sambodo, tidak tercapainya target itu lantaran pemerintah gagal menangkap kompleksitas masalah, terutama terkait pemenuhan energi listrik dan energi bersih untuk memasak.

"Bahwa kemiskinan energi ganda ini masih terjadi karena banyak penduduk tidak memiliki akses layak untuk mendapatkan energi akibat tingkat pendidikan yang rendah, kondisi ekonomi yang lemah dan lokasi tempat tinggal mereka yang berada di daerah terpencil," tulis Sambodo dikutip Senin, 6 Agustus 2024.

Sejak 2017 pemerintah secara berkala menyalurkan panel surya atau Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) ke daerah terpencil. Namun, kata Sambodo, kebijakan itu terkesan setengah hati karena alat yang disalurkan belum memenuhi standar Badan Energi Dunia.

"Rata-rata konsumsi listrik per per tahun per keluarga pengguna LTSHE baru sekitar 389 kWh, masih jauh di bawah standar dari Badan Energi Dunia 1.250 kWh per rumah tangga. Akibatnya kondisi kesenjangan besaran konsumsi energi kian melebar," jelasnya.

Terkait penggunaan kayu bakar untuk rumah tangga, Sambodo mengatakan hal itu tidak akan teratasi selama belum ada infrastruktur distribusi energi bersih. Selain itu, kata dia, rendahnya daya beli masyarakat turut menjadi faktor dipilihnya kayu bakar.

Dia menambahkan pada tahun 2018 hampir 30 persen desa di seluruh Indonesia atau lebih dari 25,000 desa masih menggunakan kayu bakar. "Hingga saat ini, desa-desa tersebut tidak memiliki akses energi bersih, misalkan untuk beralih ke listrik, gas, ataupun biogas untuk desa-desa tersebut."

Pilihan Editor: Politikus PKS Ini Tak Yakin RUU Energi Baru dan Terbarukan Rampung Tahun Ini: Lambat dan Alot

Berita terkait

4 Sinyal Anda Sudah Tak Tertarik Lagi pada Pasangan

1 hari lalu

4 Sinyal Anda Sudah Tak Tertarik Lagi pada Pasangan

Terapis menjelaskan alasan pasangan kehilangan rasa tertarik sehingga mengganggu hubungan, terutama yang sudah berlangsung lama.

Baca Selengkapnya

Kepedulian Pj. Gubernur Heru dan Upaya Pemprov Masifkan Energi Bersih

5 hari lalu

Kepedulian Pj. Gubernur Heru dan Upaya Pemprov Masifkan Energi Bersih

Pj. Gubernur Heru Budi mendorong energi bersih di Jakarta melalui PLTS, transportasi publik listrik, dan sinergi multi-pihak guna mencapai target emisi nol karbon pada 2060.

Baca Selengkapnya

5 Negara Termiskin di Asia Tenggara Berdasarkan PDB per Kapita 2024, Ada Indonesia?

5 hari lalu

5 Negara Termiskin di Asia Tenggara Berdasarkan PDB per Kapita 2024, Ada Indonesia?

Ini dia deretan negara di Asia Tenggara dengan PDB per kapita terendah pada April 2024 menurut data IMF. Indonesia ada diurutan ke-7.

Baca Selengkapnya

Kunci Pertamina International Shipping Perkuat Logistik Nasional

6 hari lalu

Kunci Pertamina International Shipping Perkuat Logistik Nasional

Logistik yang efektif dan efisien, koordinasi rantai pasokan, dan strategi mengatasi ketidakpastian eksternal disebut menjadi kunci utama PIS sebagai urat nadi virtual atau virtual pipeline dalam pengangkutan dan pengantaran energi di seluruh penjuru kepulauan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terbitkan Aturan Cadangan Penyangga Energi, DEN Sebut Perlu Anggaran Rp 70 Triliun

7 hari lalu

Jokowi Terbitkan Aturan Cadangan Penyangga Energi, DEN Sebut Perlu Anggaran Rp 70 Triliun

Presiden Jokowi merilis Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 96 Tahun 2024 tentang Cadangan Penyangga Energi (CPE).

Baca Selengkapnya

Profile ACE Hardware yang Pergi setelah 29 Tahun di Indonesia

15 hari lalu

Profile ACE Hardware yang Pergi setelah 29 Tahun di Indonesia

Perusahaan jaringan ritel perkakas asal Amerika Serikat, ACE Hardware akan mengakhiri bisnisnya di Indonesia setelah 29 tahun beroperasi.

Baca Selengkapnya

Kelas Menengah di Indonesia Turun, Ini Klasifikasi Kelas Ekonomi Menurut Bank Dunia

16 hari lalu

Kelas Menengah di Indonesia Turun, Ini Klasifikasi Kelas Ekonomi Menurut Bank Dunia

Bank dunia mengelompokkan kelas ekonomi masyarakat menjadi lima kategori, salah satunya kelas menengah.

Baca Selengkapnya

Kelas Menengah Kian Terhimpit, Belanja Rumah Tak Lagi jadi Prioritas?

17 hari lalu

Kelas Menengah Kian Terhimpit, Belanja Rumah Tak Lagi jadi Prioritas?

BPS mencatat terjadi pergeseran prioritas belanja kelas menengah, pengeluaran perumahan menurun. Beberapa warga kelas menyebut belanja rumah bukan lagi prioritas

Baca Selengkapnya

Pertamina Jadikan IAF 2024 Kesempatan untuk Gali Kerja Sama dengan Afrika Amankan Pasokan Energi

20 hari lalu

Pertamina Jadikan IAF 2024 Kesempatan untuk Gali Kerja Sama dengan Afrika Amankan Pasokan Energi

Pertamina akan menjadikan IAF 2024 sebagai momentum untuk menggali peluang kerja sama dengan negara-negara Afrika guna mengamankan pasokan energi

Baca Selengkapnya

BPS: 9,48 Juta Penduduk Kelas Menengah Turun ke Ambang Rentan Miskin

21 hari lalu

BPS: 9,48 Juta Penduduk Kelas Menengah Turun ke Ambang Rentan Miskin

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar mengatakan ada 9,48 juta penduduk kelas menengah yang turun kelas ke ambang rentan miskin.

Baca Selengkapnya