Pengamat Prediksi BI akan Pertahankan Suku Bunga 6,25 Persen, Kenapa?
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 16 Juli 2024 12:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen. Proyeksi ini berkaca pada perkembangan nilai tukar rupiah yang masih melemah serta ketidakpastian global.
"Dengan melihat kondisi nilai tukar rupiah masih lemah dan ketidakpastian global menurut saya kecenderungan BI akan mempertahankan suku bunga acuan," katanya kepada Tempo, dikutip Selasa, 16 Juli 2024.
BI akan memutuskan kebijakan terkait suku bunga acuan atay BI rate dalam Rapat Dewan Gubernur atau RDG. RDG berlangsung selama dua hari, mulai hari ini hingga besok, 17 Juli 2024. Besok, BI akan mengumumkan hasil rapat tersebut ke publik.
Arianto menjelaskan, suku bunga acuan merupakan salah satu instrumen kebijakan BI yang digunakan untuk menjalankan fungsinya. Sebelumnya dalam rapat bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Banggar DPR RI) pada 8 Juli 2024, Gubernur BI Perry Warjiyo melihat peluang penurunan suku bunga BI pada kuartal IV 2024.
"Kalau memang kemudian nilai tukar bisa stabil mungkin di kuartal IV, kami coba ruang-ruang penurunan suku bunga bisa dilakukan," kata Perry.
Fokus BI saat ini, kata Perry adalah menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil dan terus menguat. Sehingga, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga.
Dia mengatakan sebenarnya BI telah merencanakan penurunan suku bunga acuan sebelum Lebaran lalu. Namun, rencana itu urung karena gejolak global yang terjadi. "Tapi kemudian terjadi gejolak global, baik karena suku bunga Fed Fund Rate yang gak jadi turun dan perang di Timur Tengah, menyebabkan kami fokusnya kembali untuk stabilitas nilai tukar rupiah."
Menurut Arisnto, penurunan suku bunga oleh BI pada kuartal IV 2024 bisa terjadi jika inflasi terkendali dan pertumbuhan ekonomi melambat. Dia menyebut, suku bunga yang rendah dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang rendah juga dapat memberi ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga tanpa memicu kenaikan harga yang signifikan.
Selain itu, penurunan suku bunga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi biaya pinjaman bagi bisnis dan konsumen, serta mendorong investasi dan konsumsi. "BI akan mempertimbangkan semua faktor ini dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia."
Pilihan Editor: Analis Perkirakan Rupiah Hari Ini bakal Menguat hingga Rp 16.140, Defisit APBN Jadi Tantangan