Rupiah Melemah saat Perdagangan Domestik Libur, Ini Kata Analis
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Martha Warta Silaban
Minggu, 14 April 2024 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tren lesu beberapa waktu belakangan. Pada Sabtu, 13 April 2024, kurs rupiah tercatat pada level Rp 16.117 per US$.
Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menyebut bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya belum mencapai level Rp 16 ribu. Namun, jebloknya kurs rupiah menjadi Rp 16 ribu didorong oleh pasar forex domestik yang masih libur.
"Nah, pelemahan rupiah kita terhadap US$ yang sudah menembus 16 ribu bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi di pasar luar negeri. Seperti di pasar non-deliverable forward (NDF) Singapura," kata Myrdal dalam keterangannya pada Sabtu, 13 April 2024.
Itu pun, kata dia rupiah terlihat melemah karena posisi US$ yang tengah menguat, baik secara global maupun regional Asia. Hal ini tercermin dari posisi variabel indeks Dollar DXY yang posisinya terus menanjak.
Dia menjelaskan, penguatan indeks Dollar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar AS. Baik di pasar saham maupun obligasi.
"Terutama pasar obligasi AS yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga the Fed semakin uncertain."
Pasar keuangan domestik baru akan dibuka pada Selasa, 16 April 2024 mendatang. Secara fundamental, menurut Myrdal tren permintaan US$ di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat. Misalnya untuk impor BBM maupun bahan pangan yang permintaannya meningkat.
"Menghadapi faktor musiman Lebaran maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak. Wajar kalau kita melihat posisi surplus neraca dagang Indonesia pada Februari 2024 anjlok ke level di bawah US$1 miliar," ujarnya.
Selanjutnya: Obligasi seri benchmark akan menjadi seri favorit<!--more-->
Myrda memperkirakan kurs rupiah pada Selasa depan akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan US$ secara global. Sebagaimana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik.
Menurut dia, obligasi seri benchmark, seperti FR0100 maupun FR0101, serta seri tenor pendek akan menjadi seri favorit yang akan dijual oleh investor global. Baik dari sisi investor fund manager maupun dari bank sentral negara lain yang menaruh uangnya di pasar obligasi Indonesia.
"Bagi investor fund manager, tentu mereka akan melakukan aksi safe haven measures maupun arbitrage investment. Nah bagi investor central bank negara lain, maka mereka akan berusaha menarik US$ di Indonesia untuk mengisi suplai bagi kebutuhan intervensi nilai tukarnya."
Sedangkan di sisi lain, pelaku pasar seperti importir BBM, pangan, serta importir korporat juga membutuhkan US$. Mereka butuh US$ untuk memenuhi bahan baku produksi bagi kebutuhan rutinnya pada hari pertama pembukaan perdagangan selepas libur panjang.
Dengan kondisi tersebut, kata Myrdal Bank Indonesia (BI) mungkin akan melakukan aksi intervensi agar bisa menahan volatilitas drastis dari pergerakan nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah terhadap US$ diperkirakan akan ditahan untuk tidak melemah ke level psikologis di atas 16 ribu pada Selasa.
"BI akan kembali mengandalkan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar Spot Rupiah, DNDF, maupun pasar sekunder obligasi domestik," tuturnya.
Pada kenyataannya, lanjut Myrdal posisi suplai US$ di dalam negeri saat ini juga tengah menurun. Hal ini seiring dengan surplus neraca dagang yang menurun. Nilai current account defisit berangsur melebar dan tren outflow pasar obligasi yang terus terjadi.
"Kalaupun ada inflow, kemungkinan pelaku pasar keuangan akan masuk ke pasar instrumen keuangan BI, seperti SRBI maupun SVBI, SUVBI dan pasar saham yang porsi net inflow-nya tidak sebesar net outflow di pasar surat utang negara domestik."
Pilihan Editor: Rupiah Kian Melemah, Pengamat Soroti Imbasnya terhadap Kenaikan Harga Impor