Tom Lembong Ingatkan Luhut soal Harga Nikel: Hati-hati Berbicara Terlalu Dini

Sabtu, 10 Februari 2024 22:11 WIB

Thomas Lembong dan Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN atau Anies-Muhaimin), Tom Lembong, angkat bicara soal pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengenai harga nikel.

"Hati-hati berbicara terlalu dini ya," kata Tom Lembong saat ditemui usai mengisi sebuah diskusi di kawasan Senayan, Jakarta pada Jumat malam, 9 Februari 2024.

Dia menuturkan, prinsipnya adalah penurunan harga nikel masih belum selesai. Tom menyebut, penurunan harga komoditas ini masih akan berlanjut.

Tom Lembong memperkirakan, penurunan harga nikel terjadi ampai tahun depan, bahkan 2 tahun berikutnya. Sehingga, akan berdampak bagi industri smelter maupun tambang nikel di Indonesia.

"Ini kisahnya belum selesai, masih ada beberapa tahun lagi di mana harga nikal akan turun terus melemah," tutur Tom Lembong.

Advertising
Advertising

Sebelumnya ramai diberitakan media, Luhut menanggapi soal tutupnya perusahaan tambang global. Selain karena harga komoditas nikel yang jatuh, penutupan perusahaan itu juga disinyalir karena banjirnya pasokan nikel murah dari Indonesia.

Luhut tak ambil pusing dengan kabar tersebut. Dia juga membantah bahwa Indonesia menyebabkan harga nikel anjlok.

Menurut Luhut, harga komoditas seperti nikel, batu bara dan lain-lain harus dilihat secara kumulatif. Tidak bisa dilihat hanya dari 1-2 tahun.

Dilansir dari The Straits Times, produsen nikel swasta Wyloo Metals menutup tambangnya di Australia Barat. Dalam pernyataan resminya pada 22 Januari 2024, perusahaan menyatakan penutupan tersebut karena anjloknya harga nikel.

Adapun harga nikel—yang digunakan untuk membuat baja tahan karat dan baterai untuk kendaraan listrik—telah merosot dalam satu tahun terakhir. The Straits Times dalam laporannya menyebut, ini terutama didorong melubernya pasokan murah dari Indonesia.

Pada bulan lalu, First Quantum Minerals juga mengatakan akan menghentikan penambangan dan operasi nikel dan kobaltnya di Australia. Perusahaan itu akan memangkas sepertiga tenaga kerjanya sebagai respons terhadap melemahnya harga logam dan biaya yang lebih tinggi.

AMELIA RAHIMA | THE STRAITS TIMES

Pilihan Editor: Beras Premium Langka di Ritel Modern, Kepala Bapanas: Tinggal Kita Isi

Berita terkait

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

10 jam lalu

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

Luhut mengatakan permasalahan industri budidaya udang di Indonesia disebabkan banyaknya aturan yang tumpang tindih dan tidak terintegrasi.

Baca Selengkapnya

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

1 hari lalu

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

Setelah minta Prabowo tidak membawa orang 'toxic' atau bermasalah ke dalam kabinetnya, Luhut menyinggung soal track record calon anggota kabinet.

Baca Selengkapnya

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

1 hari lalu

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan takjub melihat kapal OceanX.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

2 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

2 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

2 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

2 hari lalu

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis mampu memproduksi batu bara sebesar 41,3 juta ton di tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

2 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

3 hari lalu

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

Akibat aktivitas tambang batu bara, kebun sawit warga di Paser Kaltim berubah menyerupai pulau. Tak lagi bisa dipanen.

Baca Selengkapnya

Harga Gula Pasir Kembali Naik, Capai Rp 19 Ribu per Kilogram

3 hari lalu

Harga Gula Pasir Kembali Naik, Capai Rp 19 Ribu per Kilogram

Harga gula pasir terus mengalami kenaikan, hari ini mencapai Rp 19 ribu per kilogram.

Baca Selengkapnya