Walhi soal Rencana Food Estate Baru di Sumsel, NTT dan Papua: Menghabiskan Uang Negara

Sabtu, 10 Februari 2024 06:49 WIB

Lahan lumbung pangan (food estate) di Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang terbengkalai menjadi semak belukar, Kamis, 26 Januari 2023. TEMPO/Riani Sanusi Putri

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Zenzi Suhadi mengkritik rencana pemerintah untuk melanjutkan megaproyek lumbung pangan (food estate) di wilayah lain.

Adapun sejumlah wilayah yang tengah dipertimbangkan sebagai lahan food estate baru adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan Sumatera Selatan. Hal ini diungkapkan oleh Asisten Deputi Percepatan dan Pemanfaatan Pembangunan Kemenko Perekonomian, Suroto pada Rabu, 7 Februari 2024.

Menurut Zenzi, jika tujuannya untuk mewujudkan kedaulatan pangan, maka pemerintah sudah gagal sejak dari rencana. Dia menuding, proyek tersebut dipaksakan untuk pihak-pihak yang punya kepentingan dan maksud terselubung. "Itu dipaksakan untuk memenuhi kepentingan yang punya rencana saja, untuk mengambil kayu dan tanah," katanya kepada Tempo pada Jumat, 9 Februari 2024.

Dia menambahkan, proyek lumbung pangan hanya akan menghabiskan uang negara. Menurut dia, uang negara tersebut lebih baik digunakan untuk meneliti potensi pangan dan metode produksi yang tepat di wilayah itu. "Lebih baik uangnya dipakai untuk melakukan penelitian potensi pangan dan metode produksi pangan yang adil dan berkelanjutan di lokasi itu."

Berkaca pada evaluasi lumbung pangan yang sudah ada, kata Zenzi, proyek tersebut gagal. Pasalnya, kajian yang dilakukan hanya sebagai pembenaran atas keputusan membangun proyek tersebut. Walhasil, terjadilah kesalahan besar negara.

Advertising
Advertising

"Contoh yang di Kalimantan, kalau penelitian dilakukan sebelum keputusan diambil, tidak akan menanam jagung di polybag di lahan yang luas," tutur Zenzi.

Jika ingin mengulangi hal yang sama yakni menanam jagung di polybag dengan anggaran yang sama, pemerintah bisa membagikannya kepada masyarakat. "Bagikan aja polybag berisi tanah dan benih di setiap rumah di Jakarta. Biayanya sama, tapi mendekatkan populasi besar dengan sumber pangan."

Suroto menyatakan bahwa pemerintah akan mengembangkan sebaran wilayah lumbung pangan. Ada sejumlah daerah yang diusulkan untuk menjadi lokasi food estate. “Ada usulan di NTT (Nusa Tenggara Timur), Papua dan Sumatera Selatan. Tapi itu masih masuk di masterplan yang baru. Masterplan yang lama kan baru Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara,” kata Suroto.

Dalam laporan Tempo sebelumnya, Direktur Walhi Kalimantan Tengah Bayu Herinata menyebut proyek food estate di sana gagal, terutama proyek singkong di Gunung Mas. Proyek tersebut dipimpin oleh Prabowo Subianto Menteri Pertahanan.

"Terlebih food estate singkong di Gunung Mas. Singkong di sana gagal tumbuh. Lalu diganti jagung, itu juga tidak maksimal tumbuhnya dan belum ada panen sampai hari ini," kata Bayu pada Senin, 22 Januari 2024 lalu.

Pada awalnya, lahan lumbung pangan di Gunung Mas ditanami singkong. Namun ternyata, tanah di sana tidak cocok dengan kebutuhan pertumbuhan singkong. Pasalnya, tanah di sana adalah tanah gambut, sehingga singkong tidak bisa tumbuh dan berakibat gagal panen. Padahal, pembangunan proyek tersebut telah mengorbankan hutan dengan cata dibabat. Akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan dan bencana banjir di daerah sekitar areal food estate.

Berdasarkan catatan Walhi, kata Bayu, lahan yang sempat mangkrak itu kemudian ditanami komoditas jagung. Menurut Bayu, penanaman jagung di sana terkesan dipaksakan, karena ditanam di dalam polybag dan membutuhkan biaya tambahan. "Karena gagal, maka dibuat justifikasi, mengganti dengan jagung yang ditanam dalam polybag supaya terlihat berhasil."

Walhi juga kerap meminta pemerintah agar menghentikan proyek lumbung pangan, karena tidak menyentuh akar permasalahan pangan yang dihadapi Indonesia. Selain merusak lingkungan, lahan tersebut juga diambil dari masyarakat.

ANNISA FEBIOLA | RIANI SANUSI PUTRI | YOHANES MAHARSO JOHARSOYO

Pilihan Editor: Tanggapi Food Estate, TPN Ganjar-Mahfud: Haduh, Capek Kita Komentarinnya

Berita terkait

Respon WWF ke-10 di Bali, Walhi Ingatkan Potensi Rusaknya Subak oleh Proyek Infrakstruktur

17 menit lalu

Respon WWF ke-10 di Bali, Walhi Ingatkan Potensi Rusaknya Subak oleh Proyek Infrakstruktur

Walhi Bali menilai banyak pembangunan infrastruktur yang mendegradasi bahkan menghilangan subak atau sistem irigasi tradisional air khas Bali

Baca Selengkapnya

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

1 jam lalu

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

Bamsoet menilai pertemuan presiden dan mantan presiden penting dilakukan untuk menunjukkan keharmonisan antara pemimpin-pemimpin Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bamsoet dan Maruarar Gagas Rekonsiliasi Nasional, Akan Pertemukan Anies, Prabowo dan Ganjar

1 jam lalu

Bamsoet dan Maruarar Gagas Rekonsiliasi Nasional, Akan Pertemukan Anies, Prabowo dan Ganjar

Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet menyebut akan membuat acara rekonsiliasi nasional untuk mempertemukan para calon presiden pada pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

TKD Prabowo-Gibran Aceh Syukuran Kemenangan: Tidak Terlalu KO Kita

4 jam lalu

TKD Prabowo-Gibran Aceh Syukuran Kemenangan: Tidak Terlalu KO Kita

Pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan 27 persen suara di Aceh, pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Wantim Golkar Rekomendasikan Ahmed Zaki Iskandar Jadi Bakal Cagub Jakarta, Apa Alasannya?

18 jam lalu

Wantim Golkar Rekomendasikan Ahmed Zaki Iskandar Jadi Bakal Cagub Jakarta, Apa Alasannya?

Wantim Golkar mengakui popularitas Ahmed Zaki Iskandar tak setinggi kandidat lain seperti Ridwan Kamil.

Baca Selengkapnya

Satgas IKN Sebut Pembangunan IKN tak Sebabkan Banjir

21 jam lalu

Satgas IKN Sebut Pembangunan IKN tak Sebabkan Banjir

Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN) mengklaim pembangunan IKN tidak menyebabkan banjir di kawasan.

Baca Selengkapnya

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

21 jam lalu

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

Yusril meyakini Kabinet 100 Menteri di era Presiden Soekarno tak akan berulang dalam pemerintahan Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

21 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

22 jam lalu

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

Dalam waktu berdekatan tiga RUU DPR mendapat sorotan publik yaitu RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

1 hari lalu

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

Yusril Ihza Mahendra menyebut belum ada pembicaraan resmi soal wacana jumlah kementerian bertambah dalam Koalisi Indonesia Maju

Baca Selengkapnya