TEMPO.CO, Jakarta - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Calon Presiden dan Wakil Presiden Ganjar Pranowo - Mahfud Md mengaku lelah mengomentari food estate singkong di Kalimantan Tengah yang gagal. Food estate itu dikerjakan oleh Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02.
"Memang masalah food estate ini, haduh, capek kita komentarinnya," kata Dewan Pakar TPN Ganjar - Mahfud, Satya Heragandhi, dalam Diskusi Muda Menggugat dan Peluncuran Deklarasi Ekonomi Hijau Greenpeace Indonesia di Jakarta pada Senin, 5 Februari 2024.
Menurut Satya, pembukaan lahan untuk proyek food estate demi mengatasi krisis pangan kurang tepat. Sebab, bisa menyebabkan deforestasi.
Padahal untuk mengurangi emisi karbon, mencegah deforestasi lebih murah ketimbang mengubah energi yang digunakan menjadi bersih alias clean energy. Dia menyebut, perlu US$ 21,4 juta atau sekitar Rp 335,98 miliar untuk mencegah deforestasi, sedangkan untuk memperbaiki energi perlu US$ 243 juta atau sekitar Rp 3,81 triliun.
"Nah, sekarang hutan-hutan bagus-bagus dibuka, dijadiin food estate. Kagak (enggak) berhasil lagi!" ucap Satya.
Dia menuturkan, ada yang menyebut proyek food estate gagal itu di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Oleh sebab itu, pihaknya bahkan mengirimkan tim untuk mengecek ke sana.
Satya lantas menanyakan, apakah masyarakat sekitar mendapatkan setempat mendapatkan manfaat dari program food estate tersebut. Timnya pun menjawab kemungkinan tidak.
"'Lha masyarakat sekitar enggak makan jagung di situ, Pak'," tutur Satya.
Alih-alih membuka lahan untuk food estate, kata dia, Ganjar dan Mahfud memiliki solusi lainnya. Dia pun meminta agar para petani dibuat bangga bertani.
"Anak-anak muda, coba dong, petani itu menguntungkan lho kalau lo (kamu) lakukan dengan benar. Ada smart farming (pertanian pintar), ada mekanisasi alat pertanian, dan sebagainya," ujar dia.
Selain itu, Satya menyebut pertanian harus dikelola sebagaimana bisnis perusahaan. Harus ada kesatuan dari para petani di suatu wilayah sehingga mereka bisa dealing (bersepakat) dengan pabrik pupuk, peralatan-peralatan, untuk mendapatkan pendampingan, dan lain-lain.
Dengan begitu, menurut Satya, para petani bisa maju bersama. Selain itu, intensifikasi pertanian itu bisa dilakukan dan anak-anak muda juga merasa bangga sebagai petani.
AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan Editor: Soal Penyebab Ketimpangan Ekonomi yang Diucapkan Anies dalam Debat, Pengamat Singgung UU Cipta Kerja