Terkini Bisnis: Bukan Transisi Energi Penyebab Greenflation, Hotman soal Kenaikan Pajak Binasakan Industri Hiburan
Reporter
Tempo.co
Editor
Khairul anam
Senin, 22 Januari 2024 18:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terkini ekonomi dan bisnis hingga Senin sore, 22 Januari 2024 dimulai dengan pernyataan pengamat transisi energi, Fabby Tumiwa, yang mengatakan bukan transisi energi, tapi kebijakan pemerintah dalam menanggapi transisi energi itu lah yang menyebabkan kenaikan harga alias inflasi (greenflation).
Kemudian ada berita mengenai pengacara Hotman Paris Hutapea yang menilai kenaikan pajak hiburan 40-75 persen bisa membinasakan industri hiburan. Perusahaan harus membayar pajak sebesar 40 persen, padahal menurut dia keuntungan perusahaan bisa jadi hanya 10 persen.
Selain itu, ada tentang peneliti pada Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang mengatakan transisi energi tidak selalu menimbulkan inflasi atau greenflation.
Lalu ada berita tentang Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Tengah Bayu Herinata membantah klaim calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang menyebut food estate di Gunung Mas berhasil. Terakhir ada tentang informasi mengenai pesangon bagi karyawan yang mengundurkan diri atau resign.
Berikut adalah ringkasan dari kelima berita terrsebut:
1. Bukan Transisi Energi Penyebab Greenflation, Tapi Kebijakan Pemerintah
Calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung istilah greenflation dalam debat Cawapres di Jakarta, Ahad, 21 Januari 2024. Benarkah transisi energi bisa membuat inflasi?
Greenflation adalah istilah yang berasal dari gabungan kata 'green' dan 'inflation', yang berarti inflasi hijau. Dikutip dari laman Collins Dictionary, greenflation adalah kenaikan harga material, mineral, dan lain-lain yang tajam (inflasi) karena ada investasi dalam energi terbarukan.
Pengamat transisi energi, Fabby Tumiwa, mengatakan bukan transisi energi, tapi kebijakan pemerintah dalam menanggapi transisi energi itu lah yang menyebabkan kenaikan harga alias inflasi. Fabby yang juga menjadi panelis dalam debat cawapres kemarin memberi contoh ketika pemerintah memutuskan untuk mengenakan cukai atau pajak karbon pada bahan bakar miyak (BBM) sesuai dengan karbonnya. Otomatis harga komoditas bisa naik karena harga energi fosilnya naik. Sehingga bisa menciptakan inflasi.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Hotman Paris: Kenaikan Pajak Hiburan Binasakan Pengusaha Industri Hiburan
Hotman Paris Hutapea menilai kenaikan pajak hiburan 40-75 persen bisa membinasakan industri hiburan. Perusahaan harus membayar pajak sebesar 40 persen, padahal menurut dia keuntungan perusahaan bisa jadi hanya 10 persen. "Tadi Pak Menko (Menteri Koordinator Perekonomian) mengakui, 40 persen pajak itu ditagihkan ke customer. Kalau dia tidak bayar, berarti perusahaan yang bayar. Berarti, 40 persen dari pendapatan kotor," kata Hotman di Kantor Menko Perekonomian pada Senin, 22 Januari 2024.
Hotman bersama sejumlah pengusaha industri hiburan mendatangi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto karena keberatan akan kenaikan pajak tersebut. Hotman hadir mewakili HW Group/ATLAS. Selain itu, turut hadir pula Inul Daratista pemilik industri karaoke Inul Vizta, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Hariyadi Sukamdani, dan pengusaha hiburan lainnya.
Baca berita selengkapnya di sini.
3. Transisi Energi Tak Selalu Bikin Greenflation, Peneliti CSIS: Yang Bertanya Enggak Ngerti
Peneliti pada Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan mengatakan transisi energi tidak selalu menimbulkan inflasi atau greenflation. Deni melontarkan pernyataan itu untuk mengomentari pertanyaan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka kepada Mahfud MD pada sesi debat cawapres tadi malam, 21 Januari 2024.
Deni menjelaskan, greenflation atau inflasi hijau terkait dengan apakah transisi energi akan membuat harga-harga naik atau menciptakan inflasi. Ia menyebut ada salah satu paper dari European Bank yang membahas mengenai hal itu.
"Di paper itu dijawab tidak selalu demikian (transisi energi menimbulkan inflasi). Malah sebaliknya yang terjadi," ujarnya.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. Walhi Sebut Pernyataan Gibran Tak Sesuai Fakta: Food Estate Singkong Gagal, Tidak Pernah Panen
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)Kalimantan Tengah Bayu Herinata membantah klaim calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang mengklaim food estate di Gunung Mas berhasil. Ia menyebut, hingga hari ini belum ada panen di food estate yang telah dikerjakan pemerintah di sana.
"Food estate gagal, terlebih yang food estate singkong di Gunung Mas. Singkong di sana gagal tumbuh. Lalu diganti jagung, itu juga maksimal tumbuhnya dan belum ada panen sampai hari ini," ujar Bayu dalam keterangannya kepada Tempo pada Senin, 22 Januari 2024.
Baca selengkapnya di sini.
5. Adakah Pesangon untuk Karyawan Resign? Ketahui Aturannya Ini
Sebagai pekerja, beberapa dari Anda mungkin penasaran, adakah pesangon karyawan resign? Jawabannya adalah tidak ada pesangon untuk karyawan resign. Pesangon untuk karyawan hanya akan diberikan untuk karyawan yang terkena PHK.
Hal ini sejalan dengan aturan pada Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat 1 yang menyebutkan bahwa bila terjadi PHK, perusahaan wajib memberikan uang pesangon atau penghargaan masa kerja dan dana penggantian hak.
Baca selengkapnya di sini.