Harga Beras Naik KPPU Terjun Langsung ke Lapangan, Berhasil Ketemu Spekulan?
Reporter
Mei Leandha
Editor
Grace gandhi
Jumat, 6 Oktober 2023 06:30 WIB
TEMPO.CO, Medan - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah 1 Medan turun ke lapangan untuk mencari tahu penyebab naiknya harga beras di tingkat konsumen, yang tidak sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, yang menyebut produksi gabah petani surplus. Apalagi, sejak September sampai hari ini, harga beras terus naik.
Tim dipimpin Kepala Bidang Kajian dan Advokasi KPPU Shobi Kurnia, mendatangi beberapa kilang penggilingan padi di Kabupaten Deliserdang. Hasilnya ditemukan, harga tertinggi beras medium di pasar Rp 15 ribu per kilogram, sedangkan harga eceran tertinggi atu HET Rp 11.500 per kilogram. Info dari pedagang di Pasar Sukaramai, permintaan beras stabil walau harganya naik signifikan. Pedagang mengaku kekurangan pasokan beras lokal dari kilang.
Sidak ke gudang distributor, diperoleh informasi penyebab naiknya harga beras karena berkurangnya pasokan dari Gabah Kering Petani (GKP). Stok beras di beberapa gudang distributor yang dikunjungi, berasal dari luar Sumut, seperti Sulawesi Selatan dan produksi PT Wilmar Padi Indonesia dengan merek Sawah dan Sawah Hijau. Harga beras premium yang dibeli dari PT Wilmar Padi Indonesia Rp 12.700 per kilogram, dijual ke pengecer dengan harga Rp 13.500 per kilogram.
Shobi mengungkap penyebab kenaikan harga gabah sampai Rp 7.000 per kilogram pada Agustus-September karena beberapa daerah pertanian di Sumut, seperti Pantaicermin, Seirampah, dan Tebingtinggi terendam banjir sehingga sebagian besar petani padi gagal panen dan terjadi kelangkaan gabah.
“Faktor cuaca jadi penyebab terjadinya kompetisi harga di tingkat kilang. Petani atau agen pasang harga tinggi, jika kilang tidak mau membeli, mereka pindah ke kilang lain. Mau tidak mau, kilang ikut menaikkan harga,” kata Shobi, Kamis, 5 Oktober 2023.
Agen membeli gabah dari petani Rp 6.800 dan menjual kepada penggilingan seharga Rp 7.000 per kilogram. Pada Juli sampai September 2023, harga gabah masih di sekitar Rp 7.000 per kilogram, awal Oktober ini, sudah turun menjadi Rp 5.800 per kilogram.
"Saat ini, produksi gabah sudah mulai stabil karena masuknya masa panen. Harga diprediksi akan terus mengalami penurunan," ujar Shobi.
Selanjutnya: Hasil rangkaian sidak yang dilakukan....
<!--more-->
Hasil rangkaian sidak yang dilakukan, Shobi mengaku, KPPU belum menemukan spekulan yang bermain untuk menahan stok beras agar harganya tinggi atau penjualan bersyarat yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi penurunan pasokan.
”Kami bersama pemerintah dan satgas pangan akan tetap mengawasi pelaku usaha dalam rantai pasok beras agar tidak melakukan perilaku yang melanggar hukum persaingan usaha ataupun mengeksploitasi konsumen,” katanya.
Harga beras di pasaran pada September 2023 menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (DPP ESDM) Sumut adalah Rp 12.757, naik 1,82 persen dari Agustus Rp 12.529. Harga beras premium rata-rata Rp 14.533, meningkat 4,27 persen dibanding Agustus sebesar Rp13.983.
“Trennya terus meningkat. Untuk mengantisipasi lonjakan harga kita perlu melakukan intervensi dari produksi, distribusi dan konsumsi,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumut Agus Tripriyono saat Rakor Pengendalian Inflasi Daerah di kantor gubernur beberapa waktu lalu.
Agus memastikan stok beras di Sumut surplus. Berdasarkan data BPS 2022, konsumsi beras Sumut 155.517 ton per bulan, produksi sekitar 206.552 ton per bulan, tersedia sampai akhir 2023. Bahkan, laporan Dinas Ketahanan Pangan Sumut pada Agustus, stok beras surplus 321.546 ton.
“Kalau stok aman, belum lagi stok Bulog ada 45.377 ton dan mereka sudah mengajukan penambahan. Ada dugaan ini sentimen karena El Nino, perang Rusia-Ukraina, India yang menghentikan ekspor beras, dimanfaatkan spekulan,” ucap Agus.
Pilihan Editor: Kemendag Bocorkan Komitmen Transaksi Jelang Trade Expo Indonesia 2023: Capai US$ 9,2 Miliar