TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan hasil evaluasi kinerja ekonomi dan perbankan. Menurutnya, proses pemulihan ekonomi global sepanjang tahun 2023 hingga tahun depan masih dibayangi beberapa risiko ketidakpastian.
“Hal ini karena berlanjutnya tekanan inflasi global diikuti dengan kebijakan suku bunga bank sentral global, yang juga cenderung dipertahankan tinggi (higher for longer),” ujar Purbaya dalam konferesi pers di Gedung Pacific Century Place, SCBD, Jakarta, Jumat, 29 September 2023. Selain itu, ketidakpastian ini dipengaruhi pula oleh dampak dari pemulihan ekonomi China yang berada di bawah ekspektasi.
Di sisi lain, kata Purbaya, ekonomi domestik tumbuh masih solid ditopang sisi konsumsi dan produksi yang tetap kuat. “Hal ini tercermin dari PMI (Purchasing Managers Index) manufaktur yang terus berada pada zona ekspansi, inflasi yang terjaga di level yang terkendali, dan indeks kepercayaan konsumen dan penjualan ritel tumbuh positif,” ujarnya.
Sementara itu, kinerja industri perbankan baik itu dari sisi permodalan, likuiditas, maupun rentabilitas, tetap terjaga stabil. Adapun cakupan penjaminan simpanan oleh LPS berada pada level yang memadai di atas amanat Undang-undang sebesar 90 persen dan rata-rata international best practice sebesar 80 persen.
“Sesuai amanat UU, LPS menjamin setiap rekening simpanan nasabah perbankan (bank umum dan BPR/BPRS) di Indonesia hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank,”
Berdasarkan data per Agustus 2023, jumlah rekening nasabah bank umum yang dijamin seluruh simpanannya (simpanan hingga Rp 2 miliar) sebesar 99,94 persen dari total rekening atau setara dengan 530,72 juta rekening.
Sementara pada BPR/BPRS, jumlah rekening yang dijamin seluruh simpanannya adalah sebesar 99,98 persen dari total rekening atau setara dengan 15,56 juta rekening.
Pilihan editor: LPS Pertahankan Suku Bunga Penjaminan di 4,25 Persen