AS Terancam Gagal Bayar Utang, Gubernur BI Berfokus Perkuat Stabilkan Kurs Rupiah

Kamis, 25 Mei 2023 23:34 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbicara dalam pertemuan tahunan bank sentral Indonesia dengan para pemangku kepentingan keuangan di Jakarta, 30 November 2022. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo angkat bicara soal negosiasi kenaikan debt ceiling atau plafon utang Amerika Serikat (utang AS). Berkaca pada rekam jejak yang sudah terjadi, Perry optimistis pembahasan debt ceiling ini akan berujung pada kesepakatan antara pemerintah dan kongres AS.

"Yang kami perkirakan, awal Juni atau pertengahan Juni (ada kesepakatan)," tutur Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis, 25 Mei 2023.

Meski yakin akan terjadi kesepakatan, Perry mengatakan BI tetap mewaspadai respons pasar yang akan terjadi. Pasalnya, penafsiran ihwal plafon utang tersebut bisa sangat beragam. Walhasil, hal tersebut bisa mengakibatkan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Nilai tukar dolar bisa menguat terhadap semua mata uang," kata Perry.

Oleh karena itu, kata dia, bank sentral bakal merespons situasi ini dengan berfokus pada upaya memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengantisipasi imported inflation. "Kami juga akan memitigasi dampak rambatan."

Advertising
Advertising

Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat berpotensi mengalami gagal bayar utang. Pasalnya, saat ini utang AS sudah melebihi ambang batas US$ 31,4 triliun, yakni mencapai US$ 31,45 triliun.

Tapi Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Abdul Manap Pulungan, menilai hal tersebut tidak terlalu banyak berimbas pada ekonomi global.

Selanjutnya: Dari pandangannya, sedikitnya ada tiga hal ...

<!--more-->

Dari pandangannya, sedikitnya ada tiga hal yang mempengaruhi perekonomian global. Pertama, kata dia, faktor geopolitik.

“Masalah Ukraina dan Rusia, dan memanasnya Amerika Serikat (AS)-Taiwan dan Cina,” ujar dia dalam konferensi pers virtual bertajuk Ekonomi Indonesia di Tengah Pusaran Risiko Gagal Bayar Utang Amerika pada Senin, 8 Mei 2023.

Faktor kedua adalah perkembangan ekonomi Amerika baik dari kebijakan moneternya yang terus menaikkan suku bunga acuan meski sudah ada permasalahan di sektor perbankan. Serta adanya potensi Amerika gagal bayar utang. Menurut Abdul, sebetulnya fenomena risiko gagal bayar utang AS bukan saat ini saja terjadi, tapi juga pernah terjadi pada beberapa tahun lalu.

“Dampak potensi gagal bayar ini sebetulnya relatif lebih minor (kecil) dibandingkan gejolak Rusia-Ukraina ataupun dampak dari Covid-19, saya melihat seperti itu,” ucap Abdul.

Selanjutnya, faktor ketiga adalah masalah ekonomi Cina dan Uni Eropa. Dengan Cina mengalami pelambatan ekonomi, sementara di Uni Eropa banyak demonstrasi di berbagai negara karena semakin mahalnya biaya hidup, hal-hal ini turut berimbas pada perekonomian global. “Sejalan dengan inflasi yang terus meningkat,” tuturnya.

RIRI RAHAYU | MOH. KHORY ALFARIZI

Pilihan Editor: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan Mei 2023 Tetap 5,75 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

11 jam lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

23 jam lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

1 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

1 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

2 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

3 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya