Jika AS Gagal Bayar Utang, Ekonom Indef: Rating Surat Utang Turun dan Peminat Kian Berkurang

Rabu, 3 Mei 2023 08:27 WIB

Ilustrasi Resesi. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkap dampak skenario Amerika Serikat gagal bayar utang terhadap surat utang di negara tersebut. Nilai utang Negeri Paman Sam sudah melebihi batas aman US$ 31,4 triliun. Adapun utang AS kini mencapai US$ 31,45 triliun.

“Tapi misalkan itu terjadi, maka berarti rating-nya akan semakin turun, peminat surat utang Amerika ini semakin sedikit,” ujar dia dalam acara virtual Market Review IDX Channel pada Selasa, 2 Mei 2023.

Sehingga, Eko melanjurkan, Amerika akan mencari negara yang bisa menawarkan return yang lebih baik dengan rating yang juga baik. Harapannya, negara yang dipimpin Presiden Joe Biden itu bisa masuk ke negara berkembang seperti Indonesia. Obligasi di Indonesia, misalnya, dengan tenor 10 tahun, bunganya sekitar 6,5 persen.

“Harapannya begitu. Walaupun sepertinya sih secara politik, tidak akan sampai gagal bayar, ya,” kata Eko. Dia menduga Amerika Serikat tidak akan mengalami gagal bayar utang (default), karena peluangnya kecil.

“Karena bagaimana pun, Amerika itu ketika banyak tekanan, dia bersatu. Jadi mungkin akan memilih untuk kompromi, kemudian tidak terjadi gagal bayar. Tidak pernah terjadi dalam sejarah Amerika sampai gagal bayar.”

Advertising
Advertising

Sementara di Indonesia sendiri, dari sisi komposisi, yang Eko tahu pemerintah tidak memegang obligasi Amerika. Sehingga, jika Amerika mengalami gagal bayar utang, dampaknya secara langsung terhadap Anggaran Pendapatan Belanda Negara atau APBN tidak terlalu besar.

Namun, Eko berujar, mungkin situasi di sektor keuangannya yang akan gonjang-ganjing. Biasanya, kata dia, akan mempengaruhi kurs kemudian jika berkelanjutan bisa sampai ke sektor riil. “Tapi biasanya dinamikanya di sektor keuangan dulu,” ucap Eko.

Selanjutnya: Eko juga menjelaskan saat ini belum ada kesepakatan ...

<!--more-->

Eko juga menjelaskan saat ini belum ada kesepakatan antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah Amerika. Dewan meminta plafonnya dinaikan tanpa mengurangi berbagai macam penyesuaian atau pengetatan anggaran, sementara pemerintah berharap mungkin bisa dinaikan tapi meminta cukup besar sekali pemotongan anggaran untuk efisiensi.

“Jika tidak terjadi kesepakatan antara DPR dan Pemerintah Amerika, maka akan terjadi seperti yang dikatakan Menteri Keuangan Janet Yellen yakni berdampak serius bagi aktivitas ekonomi negara itu,” ujar dia.

Ujungnya, Eko melanjutkan, bisa terjadi resesi karena Amerika adalah mitra dagang salah satu yang terbesar bagi Indonesia—nomor dua untuk nonmigas maka bisa berdampak bagi Tanah Air. “Jadi kalau ekonomi Amerika turun maka akan berimbas kepada ekonomi Indonesia. Sebetulnya inti relasinya itu ada di situ, kenapa ini menjadi konsen,” tutur dia.

Menurut Eko, kejadian potensi gagal bayar utang Amerika sebetulnya sudah terjadi beberapa kali, khususnya yang berkaitan dengan batas utang—walaupun dalam praktiknya belum pernah Amerika sampai gagal bayar. Penyebabnya, dia berujar, meski terjadi berbagai macam pro dan kontra, akhirnya biasanya secara politik kenaikan plafon itu disepakati dan batasannya dinaikan.

Dia mencontohkan peristiwa itu terjadi beberapa tahun lalu karena ada pandemi Covid-19. Jika dilihat penyebabnya kenapa utang terus membengkak saat itu karena memang penanganan Covid-19 itu membutuhkan biaya yang banyak.

“Kemudian melonjakan utang dan sebetulnya juga sudah ada plafon yang naik pada 2021 tapi ternyata terlewati juga di 2023 ini,” ucap Eko.

Pilihan Editor: Dampak Potensi Gagal Bayar Utang AS Bisa Menghantam Ekonomi Indonesia, Ini Alurnya

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

23 jam lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

1 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

2 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

2 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

2 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

2 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

3 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya