Ekonom Beberkan 3 Langkah Agar Investasi di Transisi Energi Usai Hannover Messe Segera Terealisasi
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 18 April 2023 17:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menanggapi rencana sejumlah perusahaan asal Jerman melakukan investasi di bidang transisi energi di Indonesia.
Sebelumnya, BASF, Eramet, dan Volkswagen telah bertemu Presiden Joko Widodo di Hannover, Jerman dan menyatakan minat terhadap investasi pada pembangunan ekosistem baterai mobil listrik di Indonesia.
"Ada tiga langkah agar investasi di transisi energi segera terealisasi paska kunjungan ke Hannover Messe," ujar Bhima saat dihubungi pada Selasa, 18 April 2023.
Langkah pertama, Bhima menyarankan pemerintah khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan perubahan pada taksonomi hijau. Sebab, ia menilai masih terdapat labelisasi 'kuning' pada industri batubara.
Padahal, menurut dia, investor yang akan masuk ke transisi energi perlu memastikan bahwa regulasi sudah tidak lagi mendukung pendanaan ke batu bara.
Kedua, Bhima menilai pemerintah harus tegas untuk tidak memberikan izin pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Uang atau PLTU baru, khususnya di kawasan industri. Sebab, ada kontradiksi ketika Jokowi menyatakan 2050 adalah penutupan total PLTU batu bara, tetapi kawasan industri hijau (KIHI) masih mengandalkan PLTU batu bara.
"Ditambah hanya 23 persen berasal dari energi baru terbarukan atau EBT," tuturnya. Mestinya, kata dia, PLTU Captive Power di kawasan industri masuk dalam program pensiun batu bara.
Selanjutnya: Ketiga, ia mendorong pemerintah melakukan...
<!--more-->
Ketiga, ia mendorong pemerintah melakukan tracebility di mana permintaan material untuk transisi energi seperti nikel, bauksit harus mempraktikkan standar lingkungan yang ketat. Perusahaan seperti Volkswagen, menurutnya, harus menjaga citra. Sehingga, seluruh rantai pasok material baterai tidak boleh berdampak negatif ke lingkungan dan merugikan masyarakat disekitar pertambangan.
Adapun Volkswagen melalui anak perusahaannya, PowerCo berencana melakukan investasi untuk membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu di Indonesia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Volkswagen akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan nasional dan asing.
Selain itu, BASF dan Eramet juga berencana melakukan investasi untuk pembangunan ekosistem baterai mobil listrik. Seperti diketahui, perusahaan tersebut disebutkan akan menyuntikkan modal senilai US$ 2,6 miliar.
Kerja sama antara BASF dan Eramet ini meliputi pembangunan Proyek Sonic Bay di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek itu merupakan pabrik pemurnian nikel atau kobalt High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).
"Kami siap mengawal agar rencana investasi segera terealisasi,” ujar Bahlil.
Pilihan Editor: Tekanan Inflasi Terus Menurun, Gubernur BI: Dukung Stabilitas Ekonomi RI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini