Sekjen Kementerian ESDM Sebut Transisi Energi akan Buka Lapangan Kerja Baru
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Grace gandhi
Rabu, 22 Maret 2023 16:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana optimistis transisi energi mampu membuka lapangan kerja baru. Pasalnya, transisi energi berkelanjutan memerlukan peralihan teknologi, pekerjaan, dan kesempatan ekonomi lainnya.
Artinya, keterampilan dan keahlian baru sedapat mungkin dibangun secara domestik untuk mendukung terjadinya perubahan.
“Jika transisi energi berkelanjutan dapat dilakukan secara meluas, hal ini tentunya membuka lapangan kerja baru dan kesempatan ekonomi yang luas, dan dapat mendukung pemulihan global,” kata Rida dalam acara Human Capital Summit 2023 di Jakarta Convention Center, Selasa, 21 Maret 2023, dikutip Tempo dari keterangan tertulis.
Rida mengambil contoh dari program co-firing Biomass. Menurutnya, program tersebut telah menyerap tenaga kerja sekitar 1.300 orang. Kemudian, program DME yang menyerap tenaga kerja sekitar 8.000-11.000 orang. Selain itu, pemanfaatan lahan bekas tambang menjadi sumber energi lain, misalnya solar, bioenergi, biomassa, perkebunan dan pertanian.
Oleh karena itu, Rida mengatakann pelatihan-pelatihan diperlukan agar para pekerja di sektor pertambangan dapat beralih ke energi baru terbarukan. Pelatihan yang mendukung proses transisi energi, baik di sisi hulu antara lain Pelatihan Solar PV, Hydro, Wind and Geothermal, dan sisi hilir seperti sebagai aplikasi Penyimpanan Energi dan Mobil Listrik.
“Selain pelatihan, perlu dilakukan proses reskilling dan upskilling yang melibatkan partisipasi swasta dalam bentuk pengujian dan penerbitan sertifikasi kompetensi bagi pekerja di industri energi, serta kerjasama dengan lembaga internasional terkait pengembangan sumber daya manusia baik dalam bentuk soft skill maupun hard skill,” ujar Rida.
Selanjutnya: Indonesia Potensial untuk....
<!--more-->
Indonesia Potensial untuk Lakukan Transisi Energi
Ihwal transisi energi, Rida sebelumnya menyebut Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan atau EBT yang melimpah. Mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, hingga laut, yang potensinya mencapai 3.686 gigawatt (GW)
“Ini semua tidak akan habis. Dan tidak kalah pentingnya, karena negara kita memiliki banyak laut. Di laut pun mulai arus, ombak, sampai pasang surutnya bisa dikonversi menjadi listrik. Itu sudah kami identifikasi kira-kira berapa potensinya kalau diubah menjadi listrik. Tercatat sampai ini hampir 3.700 GW,” kata Rida, dikutip Tempo dari siaran pers Kementerian ESDM, Ahad, 5 Februari 2023.
Sementara itu, kata Rida, listrik Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 81 GW. Artinya, dengan sumber sebesar 3.700 GW yang dimiliki, masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan. “
“Artinya apa? Ini adalah modal kita yang lebih dari cukup untuk melakukan transisi energi dengan cara memanfaatkannya,” tutur Rida.
Terlebih, Rida melanjutkan, transisi energi menjadi suatu keharusan menginat negara saat ini sedang menghadapi dampak perubahan iklim. Sementara, energi yang saat ini dinikmati sebagiann besar masih berasal dari energi fosil. Penggunaan batu bara pada pembangkit juga masih menjadi pilihan selama transisi energi berlangsung.
Rida berujar, 86 persen listrik yang dinikmati Indonesia saat ini berasal dari energi fosil—yang mengeluarkan emisi cukup tinggi. “Terangnya lampu saat ini 64 persennya datang dari batu bara yang tentu saja itu penyumbang emisi yang paling besar di antara yang lain,” katanya.
Kendati demikian, menurut Rida, hal tersebut bukan kesalahan. Sebab di sisi lain, dengan karunia batu bara yang melimpah, Indonesia bisa memanfaatkannya untuk menggerakkan perekonomian. “Itu tidak salah, yang salah adalah kalau kita tidak melakukan apa-apa,” ujarnya.
Pilihan Editor: Aprisindo: Permenaker No. 5 Tahun 2023 Hanya Berlaku Jika Ada Kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini