Harga Minyak Berubah di Awal Sesi Asia, Khawatir Kenaikan Suku Bunga

Reporter

Antara

Editor

Grace gandhi

Jumat, 10 Maret 2023 10:56 WIB

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Vivek Prakash

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Jumat, karena para pedagang berhati-hati rencana kenaikan suku bunga acuan yang sering dan lebih tajam oleh Federal Reserve Amerika Serikat atau the Fed. Kekhawatiran itu telah memicu penurunan harga energi selama tiga hari terakhir.

Harga minyak mentah Brent berjangka, yang turun sekitar 5,0 persen selama tiga hari terakhir, naik sedikit dari posisi terendah hampir tiga minggu menjadi diperdagangkan di US$ 81,72 per barel pada pukul 01.13 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik dua sen atau 0,03 persen, menjadi diperdagangkan di US$ 75,74 per barel, setelah merosot hampir 6,0 persen dalam tiga sesi perdagangan terakhir.

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell telah memperingatkan tentang kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, dengan mengatakan bahwa the Fed salah pada awalnya mengira inflasi bersifat "sementara" dan terkejut oleh kekuatan pasar tenaga kerja.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat, paling banyak dalam lima bulan minggu lalu, tetapi tren yang mendasarinya tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.

Advertising
Advertising

Ekspektasi kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung di negara penghasil minyak terbesar di dunia itu dan pernyataan serupa selama akhir pekan oleh Presiden Bank Sentral Eropa telah membayangi pertumbuhan global, membuat harga minyak turun mingguan setelah naik dua minggu berturut-turut.

Prospek laporan pekerjaan Jumat yang bisa memicu kenaikan suku bunga lebih cepat sudah memulai penurunan tajam di pasar keuangan lainnya dan para analis memperkirakan harga minyak juga bisa berada di bawah tekanan.

Ketiga indeks saham utama Wall Street, ditutup lebih rendah pada Kamis, 9 Maret 2023. Para analis memperkirakan ekonomi AS telah menambah 205.000 pekerjaan bulan lalu, dan memperkirakan tingkat pengangguran bertahan kuat.

Pengangguran yang rendah dan pertumbuhan pekerjaan yang konsisten dapat meningkatkan kapasitas pengeluaran secara keseluruhan dan memicu inflasi. Bank sentral mengurangi inflasi menggunakan suku bunga yang lebih tinggi, yang memperlambat ekonomi dari waktu ke waktu.

Pilihan Editor: 134 Pegawai Pajak Diduga Punya Saham Tertutup di 280 Perusahaan, KPK: Sulit Dilacak

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

10 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

3 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

4 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

5 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya