Sri Mulyani Beberkan APBN jadi Andalan untuk Jawab Tantangan Ekonomi Global
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 2 Februari 2023 14:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bagaimana Indonesia menghadapi tantangan global mulai dari usai pandemi Covid-19 mereda, perang Rusia - Ukraina, hingga kenaikan inflasi. Menurut dia, Indonesia memiliki instrumen penting untuk mengadapi semuanya yaitu anggaran belanja dan pendapatan nasional atau APBN.
“Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah mendesain respons kebijakan APBN atau fiskal. Dengan situasi yang sungguh luar biasa ini, APBN bekerja luar biasa keras,” ujar Sri Mulyani saat menyampaikan kuliah umum di STKIP PGRI Sumenep, Jawa Timur, yang disiarkan langsung YouTube Kemenkeu RI pada Kamis, 2 Februari 2023.
Baca: Sri Mulyani Cerita Keberhasilan RI Tangani Pandemi: Korban di AS Melebihi Perang Vietnam
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah berhasil memulihkan ekonomi dengan mendesain APBN yang fleksibel, responsif, dan targeted. Pada tahun 2021-2022, Indonesia sudah mulai pulih dari hantaman pandemi Covid-19. Bahkan tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Sektor-sektor pemicu pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi itu, kata dia, dikontribusikan oleh semua sektor, mulai dari pertanian. Sri Mulyani lalu menceritakan perjalanannya menuju Sumenep dari bandara melewati sawah-sawah yang masih hijau. “Mungkin panennya sebulan atau satu setengah bulan lagi,” ucap dia.
Sektor lainnya yang berkontribusi adalah sektor jasa, konstruksi, pertambangan, jasa keuangan, dan lainnya. Bahkan sektor yang terpuruk paling dalam seperti transportasi, pariwisata, hingga perhotelan sudah kembali pulih dan kuat. “Itu adalah pemulihan ekonomi dari sisi produksi atau supply."
Sementara, dari sisi permintaan, bendahara negara menambahkan, konsumsi rumah tangga mulai meningkat, termasuk investasi dan ekspor. Sehingga pada saat seluruh mesin pertumbuhan ekonomi mulai jalan, APBN sebagai instrumen yang tadinya menahan merosotnya kegiatan ekonomi, sekarang bisa mulai konsolidasi.
Pemulihan ekonomi juga terjadi di semua kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, NUsa Tenggara Barat atau NTB, Bali, Jawa, dan Madura. “Kita lihat pertumbuhan di semua kawasan sudah positif dan cukup tinggi. Ini hal yang luar biasa pada saat dunia mulai melemah lagi,” tuturnya.
Sejumlah tantangan pun muncul setelah pandemi mereda. Pasalnya, ada sejumlah perubahan yang terjadi saat terjadi normalisasi. Dari kegiatan yang tadinya tidak boleh berkerumun dan melakukan aktivitas sosial, kemudian dibuka kembali. Yang sebelumnya di rumah saja hingga belajar lewat aplikasi Zoom, sekarang semua diperbolehkan beraktivitas seperti sebelum pandemi.
Selanjutnya: “Tiba-tiba butuh kendaraan umum, BBM ..."
<!--more-->
“Tiba-tiba butuh kendaraan umum, BBM yang tadinya enggak perlu dikonsumsi menjadi dikonsumsi lagi, makan yang tadinya di rumah menjadi di kampus, keluarga yang biasanya di rumah saja sekarang jalan-jalan,” ujar dia.
Sri Mulyani mengatakan, normalisasi itu ternyata belum siap dilakukan. Dia mencontohkan di Amerika Serikat dan Eropa. Mulai dari ada barang tapi tidak ada truk untuk mengangkutnya, orang berbelanja tapi barangnya belum ada di etalase tokonya, karena pelayanannya belum penuh berfungsi.
Pemulihan ekonomi mendorong inflasi
Sehingga, kata Sri Mulyani, saat masyarakat berlomba untuk melakukan konsumsi, barang dan jasanya belum siap. Hal itu menyebabkan harga naik. “Karena orang berebutan, oh saya pengen makan tapi jumlahnya terbatas, harga naik itu namanya inflasi,” tutur dia.
Selanjutnya, dia menambahkan, begitu inflasi terjadi, maka otoritas moneter Bank Sentral merespon dengan harus mengendalikannya. Buntutnya, di Amerika dan Eropa dilakukan kenaikan suku bunga secara drastis dan cepat dengan likuiditas yang diketatkan membuat ekonominya melemah lagi.
“Inilah yang tadi disebutkan bahwa lembaga internasional seperti internasional monetary fund IMF mengatakan tahun 2023 ini akan gelap. Karena tadi ada fenomena kenaikan suku bunga dan menyebabkan ekonomi melemah,” kata Sri Mulyani.
Itu baru satu masalah saja dari pandemi. Tantangan lainnya, Sri Mulyani berujar, perang Rusia dan Ukraina yang memunculkan ketengan global. Dia mengatakan, memang Ukraina lokasinya sangat jauh dengan Indonesia, tapi dampaknya terjadi di seluruh dunia.
Baca juga: Sri Mulyani Ingat Orang Tuanya Saat Jadi Pembicara di STKIP PGRI Sumenep
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.