Harga Minyak Dunia Naik ke USD 98,57, Semata-mata karena Dolar Melemah?

Sabtu, 5 November 2022 08:30 WIB

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Chen Aizhu

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia untuk jenis Brent untuk pengiriman Januari naik 4,1 persen atau US$ 3,9 menjadi US$ 98,57 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kenaikan harga minyak pada akhir perdagangan Jumat, 4 November 2022, atau Sabtu pagi WIB tersebut didukung oleh dolar AS yang lebih lemah dan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Selain itu ada faktor kemungkinan Cina melonggarkan beberapa pembatasan Covid-19 di tengah bayang-bayang kenaikan suku bunga The Fed.

Kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember sebesar US$ 4,44 atau 5 persen. Harga minyak dunia kemudian berada di level US$ 92,61 per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca: Sri Mulyani: Risiko Sudah Beralih dari Pandemi ke Gejolak Ekonomi dan Keuangan

Artinya, selama pekan ini, patokan harga minyak mentah AS telah melejit hingga 5,4 persen. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 5,1 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Advertising
Advertising

Adapun indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 1,81 persen menjadi 110,8770 pada akhir perdagangan Jumat kemarin. Hal tersebut yang kemudian mendorong harga minyak lebih tinggi. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.

Selain karena pengaruh dolar AS, hasar minyak juga mendapat dukungan dari ekspektasi pemulihan permintaan yang solid di Cina. Pasalnya, ada sinyal pemerintah negara tirai bambu itu bakal mengeluarkan kebijakan Covid-19 yang berubah cukup substansial meskipun jumlah kasusnya naik ke angka tertinggi pada Kamis lalu.

Hal ini terlihat dari berbagai desas-desus yang muncul di pasar saham Cina di antaranya tentang berakhirnya penguncian yang ketat. Walau begitu, hingga kini belum ada perubahan kebijakan yang diumumkan pemerintah secara resmi.

Sementara itu, pasokan minyak dunia diperkirakan akan tetap ketat karena rencana embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia dan penurunan stok minyak mentah AS. Analis PVM Oil Associates Tamas Varga seperti dikutip oleh Reuters menatakan pelemahan dolar serta larangan penjualan minyak Rusia yang akan datang bakal mendukung ketika fokus bergeser dari kekhawatiran resesi ke masalah pasokan.

Meski begitu, sinyal besaran kenaikan suku bunga AS turut menyebabkan penurunan harga minyak dunia. Presiden Federal Reserve (Fed) Richmond, Thomas Barkin, misalnya, pada Jumat kemarin menyatakan siap untuk bertindak 'lebih sengaja' dengan mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga AS di waktu mendatang. Tapi di saat yang sama, ia juga mengatakan suku bunga dapat terus naik lebih lama dan ke titik akhir yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

ANTARA

Baca juga: Harga Minyak Naik 2 Persen, WTI Tercatat di USD 88,37 dan Brent Ditutup di USD 94,65 per Barel

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

11 jam lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

13 jam lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

16 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

1 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

1 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

1 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

Masih sangat berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat sejumlah produsen mobil menerapkan strategi khusus dalam menjual produknya.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

2 hari lalu

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

Kurs rupiah ditutup melemah 20 poin ke level Rp 16.100 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin, kurs rupiah per dolar AS ditutup pada level Rp 16.080

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

2 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

3 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya