Cegah PHK, Pengusaha Minta Importir Tekstil Ilegal Ditindak dan Pasar Ekspor Baru Digenjot

Rabu, 2 November 2022 19:13 WIB

Petugas kepolisian berjaga di gudang penyimpanan pakaian impor bekas di kawasan Pulogebang, Jakarta, Senin (1/8). Direktorat kriminal khusus Polda Metro Jaya berhasil mengungkap penyelundupan pakaian bekas dan tekstil impor ilegal dengan mengamankan 12 tersangka dan menyita 2.216 bal pakaian bekas. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia, Redma Gita Wirawasta mengeluhkan semakin merajalelanya produk tekstil ilegal. Hal ini makin memperparah kondisi industri tekstil dalam negeri yang tengah berjuang agar tak melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap karyawannya.

Apalagi saat ini, menurut Redma, pasar ekspor yang disasar industri tekstil dalam negeri sedang lesu. Oleh karena itu, pemerintah bisa membantu industri domestik di antaranya dengan mengatur importir legal dan menindak importir ilegal. "Kalau kita bisa tindak itu, saya kira kita bisa gak perlu lakukan PHK," ucapnya dalam konferensi pers virtual pada Rabu, 2 November 2022.

Ia juga meminta pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan importasi produk tekstil. Tujuannya untuk melindungi industri tekstil dalam negeri yang tengah kesulitan akibat turunnya permintaan ekspor.

Baca: Terkini Bisnis: IMF Sebut Bunga Pinjaman RI Terlalu Tinggi, PHK Kini Lebih Parah Ketimbang Saat Covid

Jika impor dibatasi, tuturnya, maka akan tersedia pasar domestik bagi industri dalam negeri. Sehingga, penurunan daya beli di negara-negara tujuan ekspor tak akan terlalu berpengaruh pada kondisi industri dalam negeri.

Advertising
Advertising

"Insentif atau bantuan yang saat ini paling diutamakan adalah market. Kalau kita bicara market ekspor, ini kan sulit. Sebab bukan kita yang bisa atur," ucapnya dalam konferensi pers virtual pada Rabu, 2 November 2022.

Adapun saat ini PHK terus terjadi akibat menurunnya pesanan yang datang pada perusahaan tekstil dalam negeri. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat penurunan ekspor tekstil Indonesia mencapai 30 persen.

Pemerintah pun berencana akan mengalihkan ekspor tekstil ke negara-negara yang selama ini belum banyak disasar oleh eksportir Indonesia, seperti Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, dan Eropa Timur. Namun, Redma menilai kondisi ekonomi negara lain pun saat ini sedang sulit sehingga eksportir akan kesulitan jika memaksakan ekspor ke sana.

Ditambah negara-negara produsen tekstil lainnya seperti Cina, India, dan Bangladesh juga tengah menyasar pasar tersebut. Alhasil, persaingan ekspor semakin ketat. "Market yang sudah mengecil ini juga jadi rebutan banyak," kata dia.

Jika kondisi ekspor sulit dikendalikan, tuturnya, maka solusi terbaik adalah mengatur pasar dalam negeri.

Selanjutnya: 3 Langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk bantu industri tekstil.

<!--more-->

Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyarankan tiga langkah yang bisa dilakukan pemerintah dan pelaku ekspor tekstil Indonesia agar industri itu bisa terselamatkan di tengah ancaman resesi global 2023.

Pertama, Indonesia harus lebih cepat mencari pasar ekspor baru yang potensial. Ia berharap pemerintah lebih cepat bersaing dengan negara-negara pengekspor tekstil lainnya.

Apalagi pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah dan Afrika Utara kini mencapai 5,5 persen berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) 2022. Walaupun kedua kawasan itu pertumbuhannya diprediksi melambat tahun depan di kisaran 3 persen, perekonomiannya masih tumbuh positif.

Di sisi lain, karena profil dari industri tekstil di Indonesia masih banyak yang berupa outsourcing dari brand internasional, pengalihan pasar pun akan bergantung dari merek internasional tersebut.

Kedua, Bhima menyarankan pada eksportir maupun pemerintah untuk berkomunikasi dengan pihak merek internasional itu. Dengan begitu, Indonesia masih akan tetap dipilih sebagai basis produksi para pemegang merek tersebut.

Terakhir, Bhima menyarankan agar pelaku ekspor melakukan beberapa penyesuaian, khususnya berkaitan dengan bahan dan selera konsumen Afrika dan Timur Tengah. Sebab, kualitas dan selera masyarakat di sana sangat berbeda dengan konsumen di Eropa dan Amerika Serikat.

"Warna dan jenis kainnya itu ada perbedaan, ada karakter khusus. Nah ini mungkin perlu mendapatkan perhatian juga," ujar Bhima.

Selain itu, perluasan pasar ekspor juga harus dibarengi dengan pemberian relaksasi dan upaya mencegah terjadinya PHK. Misalnya, menaikkan subsidi upah untuk sektor tekstil atau insentif pajak.

Baca juga: 64 Ribu Karyawan Terkena PHK dari 124 Perusahaan Tekstil di Jawa Barat

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

11 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

21 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

1 hari lalu

Bea Cukai Beri Tips Terhindar dari Denda Bawa Barang Belanja dari Luar Negeri

Bea Cukai memberi tips agar tak terkena sanksi denda saat bawa barang belanja dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

2 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

2 hari lalu

Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

2 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

3 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

4 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya