Rupiah Diperkirakan Melemah ke Rp 15.150 per Dolar AS, Terancam Sentimen Resesi 2023
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 28 September 2022 07:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih akan melemah pada hari ini. Menurut dia, rupiah bisa-bisa melemah hingga ke level Rp 15.150 per dolar AS.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.110 sampai Rp 15.150 per dolar AS," kata Ibrahim dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 28 September 2022.
Merujuk data kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terakhir berada di posisi Rp 15.155 per dolar AS. Melemah dari posis hari sebelumnya, Senin 26 September 2022 Rp 15.119.
Ibrahim menjelaskan, potensi masih berlanjutnya pelemahan rupiah ini masih dipicu oleh sentimen pelaku pasar keuangan domestik terhadap acaman resesi global pada 2023. Terutama karena tingginya harga pangan dan energi di negara-negara maju.
"Adanya ekspektasi bahwa dunia akan mencapai jurang resesi secara bersama-sama pada tahun 2023, di mana resesi tersebut disebabkan oleh inflasi yang tinggi," kata Ibrahim.
Kondisi itu membuat bank sentral negara-negara maju merespons tingginya angka inflasi dengan menaikkan suku bunga acuannya serta memperketat likuditas pada perekonomiannya. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi dunia akan tertekan.
"Apabila bank sentral di seluruh dunia secara kompak melakukan kenaikan suku bunga yang cukup ekstrim, maka resesi dunia pada 2023 kemungkinan tidak dapat dielakkan," ujar Ibrahim.
Selanjutnya: Pertumbuhan ekonomi Cina, AS, Jerman dan Inggris sudah terkoreksi.
<!--more-->
Ibrahim mengatakan, suku bunga acuan di Inggris saja telah mencapai 2,25 persen atau naik 200 basis points (bps) dan berpotensi masih akan naiak dalam tahun ini. Sedangkan di AS telah mencapai 3,25 persen setelah naik sebesar 300 bps.
"Pada kuartal II 2022, pertumbuhan ekonomi Cina, AS, Jerman dan Inggris sudah mengalami koreksi. Ini menjadikan banyak kemungkinan yang akan berlanjut sampai akhir tahun dan resesi muncul di tahun depan," kata dia.
Kendati demikian, Ibrahim mengatakan, rupiah sebetulnya masih menguat tipis kemarin akibat intervensi Bank Indonesia baik melalui bauran strategy maupun pasar valas dan obligasi di perdagangan domestic non deliverable forward (DNDF).
Data Bloomberg pada akhir 27 September 2022 menunjukkan rupiah ditutup naik 0,04 persen atau 5,5 poin ke posisi Rp 15.124 per dolar AS. Indeks dolar AS pada pukul 15.10 WIB terpantau melemah 0,56 poin atau 0,49 persen ke level 113,54.
Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia pun terpantau menguat terhadap dolar AS. Beberapa mata uang itu adalah won Korea Selatan yang menguat 0,61 persen, dolar Taiwan 0,42 persen, yen Jepang 0,30 persen, rupee India 0,25 persen, dolar Singapura 0,24 persen, dan baht Thailand 0,17 persen.
Sedangkan mata uang kawasan Asia yang melemah adalah yuan Cina yang turun 0,28 persen, ringgit Malaysia 0,16 persen, dan peso Filipina 0,06 persen. Sementara mata uang dolar Hong Kong stagnan pada perdagangan hari ini.
Baca: Luhut Bilang Pakar Ekonomi AS Puji Perekonomian Indonesia: Akibat Leadership Jokowi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.