Harga Avtur Melonjak, Susi Pudjiastuti: Kita Sudah Babak Belur tapi Malah Dimarahi Orang
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 18 Juli 2022 08:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Susi Air, Susi Pudjiastuti, menyatakan kenaikan harga avtur turut berimbas pada maskapai penerbangan di rute perintis. Lonjakan harga bahan bakar tersebut memaksa pihaknya menaikkan harga tiket pesawat.
Dalam hitungannya, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu mencatat bahwa komponen avtur pada pesawat model propeller (baling-baling) bisa memakan porsi HPS hingga 34 persen. Keadaan makin rumit karena tingginya biaya maintenance spare part serta tantangan transportasi dan logistik ke dan dari berbagai daerah yang dilayani membuat maskapai tersebut tertekan.
"Kemarin kita sudah tidak kuat keuangannya, ya saya terpaksa tiket perintis yang Rp 250.000 saya tambah surcharge Rp 100.000," ujar Susi dalam webinar yang digelar Ahad, 17 Juli 2022. "Apa yang kita dapat? Seluruh KPA memberikan ancaman shutdown (tutup), ya saya bilang shutdown saja."
Tarif sewa haggar pesawat pun kini naik hingga dua kali lipat. Hal-hal ini, menurut Susi, yang akhirnya memaksa perusahaan menyesuaikan harga tiket pesawat dan pada gilirannya membuat banyak pihak mengeluhkan hal tersebut.
"Mau bagaimana? Di sini naik, di sana naik. Kita mau naikkan Rp 100.000 harga tiket saja, teriak dan marah semua. Kita semua sudah babak belur tapi malah dimarahi orang," ucap Susi.
Saat ini Susi Air melayani 150-200 penerbangan per hari baik dari dan ke wilayah pedalaman. Saat ini, pemerintah tengah menerapkan kebijakan tuslah atau fuel surcharge bagi maskapai menyusul adanya kenaikan harga avtur. Namun hingga kini, Kementerian Perhubungan belum memutuskan nasib kebijakan fuel surcharge yang telah diterapkan sejak April 2022 lalu.
Tak hanya Susi Air, maskapai penerbangan Lion Air juga kesulitan ketika menghadapi masalah serupa. CM Commercial Support Lion Air Group Saleh Alatas menyatakan penyesuaian harga tiket menyusul kenaikan harga avtur tidak dapat dihindari.
Selanjutnya: Avtur memakan porsi terbesar dalam biaya operasional pesawat.
<!--more-->
Pasalnya, komponen biaya avtur yang memakan porsi terbesar dalam keseluruhan biaya operasional maskapai penerbangan. "Kita tentu melakukan strategi atau manuver bertahan hidup. Karena, memang komposisi bahan bakar ini sangat (besar) pada biaya operasional pesawat," tuturnya.
Pada tahun 2020, Lion Air memiliki pangsa pasar terbesar maskapai berjadwal rute domestik sepanjang 2020 yakni 35,3 persen. Di awal pandemi Covid-19, maskapai tersebut tercatat melayani 12,52 juta penumpang.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan tengah mengevaluasi penyesuaian Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat untuk mendukung pemulihan industri penerbangan. Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kemenhub Dadun Kohar mengatakan pihaknya berdiskusi terhadap upaya mendukung pemulihan industri penerbangan, apalagi belakangan harga avtur melonjak.
“Pemerintah akan mendukung untuk recovery antara lain dengan mengevaluasi penyesuaian ketentuan tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri," kata Dadun akhir Juni lalu.
Pembahasan tarif penerbangan tersebut masih dalam dievaluasi yang dilanjutkan koordinasi dengan pemangku kepentingan untuk menetapkan relaksasi dan stimulus. Selain soal relaksasi tarif, ada juga bantuan pembiayaan operasional Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), biaya kenavigasian yang berpotensi untuk didiskusikan dalam pemulihan penerbangan.
Pemerintah telah melakukan dukungan regulasi dengan berkaca dari Pasal 127 UU No. 1/2009 tentang penerbangan mengenai TBA dan TBB ditetapkan dengan mempertimbangkan perlindungan konsumen dan mencegah persaingan tidak sehat. Kemudian ditindaklanjuti dengan teknis PM 20/2009 dan KM 106/2019 mengenai tata cara pengaturan tarif dan penetapan TBA.
BISNIS
Baca: Batas Waktu Daftar PSE ke KominfoTinggal 2 Hari Lagi, Kenapa Twitter dkk Bergeming?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.