TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mengatakan ada kecenderungan investasi ilegal dikemas sedemikian menarik, sehingga membuat masyarakat atau korban lalai. Apalagi, kata dia, ditambah dengan tawaran-tawaran keuntungan yang luar luar biasa instan.
"Tapi sekali lagi di balik tawaran yang luar biasa instan, di balik mudahan proses, di balik ke semua pancingan apa narasi-narasi pamer-pamer harta kekayaan itu, di balik itu adalah ada semakin kuat unsur penipuan," kata Ivan dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual Kamis, 10 Maret 2022.
Dia mengatakan pada saat terjadi kerugian yang dialami oleh masyarakat, pihak investasi ilegal menyatakan bahwa sebagian kerugian dari sebuah transaksi. Padahal sebenarnya tidak ada transaksi yang terjadi.
Dia melihat adanya upaya untuk menjustifikasi sebuah transaksi tadi menjadi sebuah risiko yang harus diemban oleh masyarakat.
"Tapi sebenarnya di balik itu memang ada invensi memproduksi sebuah memproduksi sebuah mekanisme transaksi yang tujuannya adalah sesungguhnya dari awal ditujukan untuk melakukan penipuan," kata dia.
Karena itu, PPATK terus berupaya melindungi kepentingan publik, agar kasus investasi ilegal tidak terjadi lagi di kemudian hari. PPATK berharap masyarakat menjadi lebih aware mengenai adanya potensi penipuan serupa yang akan terjadi di kemudian hari.
Adapun PPATK per 10 Maret 2022, memantau transaksi atau aliran dana Rp 8,26 triliun yang berhubungan dengan rekening investasi ilegal.
"Jumlah transaksi yang terkait dengan investasi ilegal dari pihak-pihak yang terkait dengan tawaran investasi ilegal forex, fireblast, afiliator dan segala macamnya," kata Ivan.
Nilai itu didapati berdasarkan penelusuran dari 375 laporan yang diterima PPATK. Di mana saat ini PPATK menyatakan sudah melakukan penghentian transaksi 121 rekening yang diduga transaksi investasi ilegal. Ivan mengatakan 121 rekening itu dimiliki oleh 49 pihak di 56 Penyedia Jasa Keuangan.
"Itu jumlahnya saat ini sudah mencapai Rp 353 miliar lebih jadi hampir Rp 355 miliar itu sudah kita hentikan," kata Ivan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.