Presidensi G20, Industri Dorong Konsep Farmasi Hijau dalam Forum The Think20
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 9 Maret 2022 19:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan industri di dalam negeri mengusung konsep Farmasi Hijau atau Green Pharmacy dalam forum The Think20 (T20) sebagai bagian dari Presidensi G20 Indonesia yang dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2022. Director of Research and Business Development Dexa Group, Raymond Tjandrawinata, mengatakan, konsep Farmasi Hijau merupakan agenda yang perlu didorong bersama.
Pasalnya, menurut Raymond, konsep tersebut akan mendorong industri farmasi di Tanah Air memanfaatkan biodiversitas alam berupa produk obat modern asli Indonesia yang dihasilkan melalui teknologi modern. Namun dalam proses produksinya diklaim minim dampak terhadap lingkungan.
Raymond menuturkan, konsep ini bisa melindungi suatu negara dari persoalan pasokan, masalah lingkungan, hingga masalah akses kesehatan. “Hanya ketika kita menyadari dan mewujudkan agenda ini, maka negara dapat menjadi mandiri,” kata Raymond dalam keterangan tertulis pada Rabu, 9 Maret 2022.
Selain itu, konsep ini diklaim memiliki sistem lingkungan dan ekologi yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan petani, hingga meningkatkan kemandirian dalam hal bahan baku aktif (API) yang berasal dari dalam negeri. Konsep ini juga menyusul konsep hijau yang sudah ditekankan pada sektor publik lainnya.
Menurut Raymond, pihaknya mendorong pengadaan konsorsium untuk memungkinkan Farmasi Hijau untuk masa depan. Konsep ini pun harus didukung pemerintah melalui kebijakan dan menempatkan produk-produk di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dan lain-lain.
“Menunggu lebih banyak Farmasi Hijau yang akan datang, pemerintah perlu memperhatikan masalah ini, rantai pasokan-permintaan global untuk API kami sangat bagus. Ini perlu kita dukung,” ujar Raymond.
Lebih jauh, kata Raymond, perusahaan juga perlu mengumpulkan data, uji klinis, agar Farmasi Hijau sesuai standar internasional dan masuk kategori obat internasional. Farmasi Hijau, menurut dia, harus menjadi obat dalam formula suatu negara.
Selain mimpi dari Dexa Group, Raymond berujar bahwa bisa diwujudkan jika pemerintah dan sektor swasta bekerja sama. “Karena Farmasi Hijau adalah proposal yang sangat bagus untuk banyak negara,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, industri kesehatan lokal menjadi tulang punggung pemberian layanan kesehatan yang menyediakan sistem pendukung kuat untuk kebutuhan negara. Sebab, proses tersebut melibatkan rantai pasokan industri termasuk vendor, pemasok, dan penyedia layanan kesehatan.
<!--more-->
“Dengan dukungan dari industri lokal, kepresidenan G20 Indonesia mempelopori upaya kolektif untuk memastikan akses terhadap vaksin, diagnostik, APD, dan terapi Covid-19, menjadi lebih memadai, cukup, dan terjangkau,” kata Budi Gunadi. Perluasan sumber daya dan kapasitas produk kesehatan pun menjadi kunci untuk mendorong penguatan arsitektur kesehatan global.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kunta Wibawa Dasa Nugraha menambahkan, pemerintah sudah mengambil sejumlah inisiatif untuk memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan. Di antaranya perluasan ketersediaan vaksin, obat dan diagnostik Covid-19 ke pusat produksi di negara pendapatan negara rendah dan menengah.
Selain itu juga memperkuat jaringan global ilmuwan di bidang virologi, imunologi, epidemiologi, dan bidang lain yang terkait dengan kesehatan masyarakat.
Chief of T20 of Global Health Sector of G20 Hasbullah Thabrany berujar, pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu mendukung pengembangan industri kesehatan nasional. Menurut dia, pendanaan di negara-negara berkembang untuk sektor kesehatan lebih rendah dibanding negara maju.
Pada dua dekade terakhir, kata Hasbullah, semakin banyak negara berkembang yang mengejar ketinggalannya dengan meningkatkan pembelanjaan mereka untuk kesehatan, seperti Korea Selatan, Indonesia, dan Arab Saudi.
Ia memperkirakan Farmasi Hijau bisa menjadi salah satu upaya untuk mengejar ketertinggalan dalam belanja kesehatan oleh negara berkembang. Caranya dengan mengembangkan obat baru dari tanaman yang akan membantu mengurangi perubahan iklim dan menciptakan dunia hijau.
Apalagi, kata Hasbullah, banyak fitofarmaka dikembangkan di negara tropis. "India memiliki banyak pengalaman menggunakan obat herbal, untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia,” tutur Hasbullah.
Baca: Minyak Dunia Melejit ke USD 128, Berapa Harga Ideal Pertamax dan Pertalite?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.